24 September 2008

1949 - Gencatan Senjata Arab - Israel

Perjanjian gencatan senjatadan penghentian perang antara Arab - Israel ditandatangani oleh utusan dari Mesir dan Israel. Perundingan yang berlangsung di Kepulauan Rhodes itu dimulai sejak 12 Januari pada tahun yang sama. Dalam perundingan itu, sempat terjadi deadlock karena Israel mendesak agar negara-negara Arab menarik mundur seluruh pasukannya dari kawasan Palestina, sedangkan Mesir menginginkan agar pasukan Arab mundur hanya sampai ke wilayah yang mereka rebut pada Oktober 1948.
Perang Arab - ISrael meletus pada 1948, zionis mendirikan negara Israel di kawasan Palestina pendudukan. Namun, persenjataan canggih yang dimiliki Israel membuat mereka berhasil masuk wilayah Mesir dan Libanon dan mengalahkan kekuatan Arab. Perang berakhir pada Januari 1949. Atas campur tangan PBB, kedua belah ihak mengadakan perundingan damai yang hasilnya ditandatangani pada 24 Februari.

[taken from MEDIA INDONESIA, 24 Februari 2008]

1946 - Peron, Presiden Terpilih

Juan Domingo Peron terpilih sebagai President Argentina. Peron adalah tokoh kontroversial Argentina. Pada 1943, sebagai tentara, ia bergabung dalam kudeta menggulingkan pemerintahan saat itu. Pada 1944, ia diangkat sebagai wakil presiden dan menteri perang. Setahun kemudian, ia digulingkan dari jabatannya dan dipenjarakan. Namun, atas desakan para buruh dan pekerja yang mendukungnya, Peron segera dibebaskan kembali.
Peron kemudian menikahi seorang peremopuan bernama Eva Duarte yang terkenal dengan nama Evita Peron. Evita Peron adalah pendukung dan penasihat politik utam Juan Peron ketika ia terpilih sebagai Presiden pada 1946. Sebagai presiden, awalnya Juan Peron mendapatkan dukungan besar. Namun, kemudian ia berubah menjadi otoriter dan menekan oposan dan media massa.
Pada 1952, Evita Peron meninggla dan barisan pendukung Peron pun mulai pecah. Tiga tahun kemudian, Juan Peron dikudeta dan hidup di luar negeri selama 18 tahun. Pada 1973, Juan Peron kembali ke Argentina dan kembali menang dalam pemilu kepresidenan.

[taken from MEDIA INDONESIA, 24 Februari 2008]

1942 - Siaran Perdana 'VOA'

VOA atau Voice of America pertama kali ditayangkan dari Kota New York, hanya berselang 79 hari setelah Amerika Serikat terlibat dalam kancah Perang Dunia II.
VOA adalah sebuah lembaga, bagian dari pemerintah Amerika, yang melaksanakan siaran luar negeri. VOA berpusat di Washington DC. Kantor-kantor perwakilan dan para koresponden VOA tersebar di seluruh dunia. VOA memiliki ratusan penulis dan editor serta koresponden dan jaringan stringer yang tersebar di seluruh dunia.
VOA menyiarkan lebih dari 900 jam acara berita dan informasi lainnya setiap minggu. Pendengar dan penontonnya di dunia mencapai lebih dari 93 juta orang. VOA disiarkan dalam bahasa Inggris dan 53 bahasa lain melalui radio, televisi, dan internet. VOA juga menyebarkuaskan misinya lewat jaringan afiliasi, yakni stasiun lokal yang memiliki kerja sama dengan VOA. Saat ini, sejulmah stasiun afiliasi mencapai lebih dari 1.200 stasiun pemancar.

[taken from MEDIA INDONESIA, 24 Februari 2008]

1996 - Rekor 11 Ribu Assist Stockton

Point guard Utah Jazz, John Stockton, melakukan assist yang ke-11 ribu kalinya di NBA. Stockton adalah lulusan Universitas Gonzaga. Ia bergabung dengan Utah Jazz sejak 1984. Ukiran karirnya di klub diperluas dengan keikutsertaannya dalam tim Olimpiade Barcelona [1992] dan Olimpiade Atlanta [1996] yang mendapatkan emas.
John Stockton pensiun dari NBA pada Mei 2003. Ia menjadi point guard terhebat dalam sejarah basket AS. Saat itu, ia menorehkan capaian dengan angka assist sebanyak 15.806. Sebuah angka yang belum tersamakan oleh siapapun. Kemudian, cetakan poin sebanyak 19.711 dan steal sejumlah 3.265. Utah Jazz mengenang Stockton dengan mengabadikan nomor punggung Stockton, yakni 12.

[taken from MEDIA INDONESIA, 26 Februari 2008]

1993 - Pengeboman WTC

Sebuah bom meledak di area parkir World Trade Center, Kota New York. Enam orang tewas dan 1.000 luka-luka karena ledakan dahsyat itu. Ribuan orang juga dievakuasi dari menara kembar itu. Seorang informant kemudian mengidentifikasi sekelompok warga Serbia di New York sebagai tertuduh. Akan tetapi, ketika FBI melakukan pengawasan, mereka malah menemukan sekelompo pencuri permata alih-alih teroris.
Dari temuan di tempat kejadian berupa serpihan mobil van yang masih memiliki angka identifikasi, para penyelidik menemukan agen penyewaan mobil bernama Ryder di New Jersey. Dari catatan perusahaan itu, penyewa bernama Mohammed Salameh dan ia melaporkan mobilnya kecurian pada 25 Februari.
Salameh memang sudah berada dalam daftar teroris potensial FBI. Salameh ditangkap ketika ia bermaksud mengambil uangnya kembali dari Ryder. Dari barang-barang Salameh, FBI menemukan dua nama terkait lainnya.
Dari bukti-bukti yang ada - catatan pembelin tangki hidrogen dari AGL, kiriman surat ke New York Times, DNA saliva pad asurat - semuanya cocok dengan para tersangka. Dengan demikian, pemberian hukuman berjalan dengan tidak terlalu sulit. Setiap tersangka dihukum 240 tahun di penjara.

[taken from MEDIA INDONESIA, 26 Februari 2008]

1991 - Tim Berners-Lee Kenalkan World Wide Web

Sir Timothy John Berners-Lee merupakan penemu world wide web [www]. Pada 1980, Berners-Lee mengajukan proyek berbasis konsep hypertext untuk memfasilitasi pembagian dan pembaruan informasi antarpeneliti. Dengan bantuan RObert Cailiau, mereka menciptakan sistem prototipe bernama enquire.
Setelah meninggalkan CERN untuk bekerja di John Poole's Image Computer System Ltd, ia kembali pada 1984 sebagai seorang rekan peneliti. Ia menggunakan ide yang mirip seperti enquiri untuk menciptakan www.
Situs yang pertama dibuat Berners-Lee adalah http://info.cern.ch/ dan berstatus daring [online] untuk pertamakalinya pada 6 Agustus 1991. Pada 1994, Berners-Lee mendirikan World Wide Web Consortium [W3C] di Massachusetts Institute of Technology. Salah satu kontribusi terbesar Berners-Lee dalam memajukan www adalah dengan tidak mematenkannya.

[taken from MEDIA INDONESIA, 26 Februari 2008]

1806 - Kelahiran Victor Hugo

VICTOR HUGO adalah seorang sastrawan terkenal Perancis. Di usia muda, Hugo telah mulai menulis puisi, tragedi, dan menerjemahkan karya-karya Virgil, seorang penyair Romawi. Pada usia 25 tahun, Hugo diangkat sebagai anggota Akademi Perancis dan anggota dewan legislatif negara itu. Namun, pada zaman pemerintahan Napoleon II, ia disingkirkan dari politik dan hidup di pengasingan akibat penentangannya terhadap politik despotisme pemerintah.
Selama 20 tahun di pengasingan, Hugo menulis berbagai novel, puisi dan drama. Ia pun dianggap sebagai penulis aliran romantis Perancis yang terpenting. Dalam pembukaan drama sejarahnya berjudul Cromwill yang ditulisnya pada 1827, Hugi menulis romantisme adalah liberalisme dalam sastra. Hugo membangun versi tersendiri dari novel sejarah yang mengombinasikan kenyataan sejarah dengan imajinasi yang hidup dan melodramatik. Karya Hugo yang paling terkenal The Hunchback of Notre Dame dan Les Miserables.

[taken from MEDIA INDONESIA, 26 Februari 2008]



12 September 2008

AZTEC, Runtuhnya Sebuah Kekaisaran [Habis]

YANG TINGGAL HANYA SISA

Kaum bangsawan yang berusaha mempertahankan budaya Indian akhirnya harus minggir. Bangsa Indian lalu terjebak budaya mabuk-mabukan. Hingga akhirnya, mereka tergusur di tanah mereka sendiri.

Sebagian kaum bangsawan berusaha mempertahankan tradisi dan budaya nenek moyangnya. Mereka juga masih suk bernostalgia dengan -mengingat-ingat kejayaan masa lalu, ketika
bangsa Spanyol belum menjejakkan kakinya di Lembah Mexico.
Tapi akhirnya mereka toh harus mengalah dan terpaksa menghadapi kenyataan pahit. Perkawinan campur antara Indian dan Spanyol kian men
ingkat. Dan pengaruh bangsa pendatang itu terhadap kelompok blasteran terbukti lebih kuat ketimbang mereka. Hingga walau tak sama sekali hilang, keberadaan kaum bangsawan yang tersisa ini sudah tak mempunyai pengaruh apa-apa lagi.
Lagipula yang mereka k
atakan sebagai tradisi atau budaya nenek moyang sebenarnya sudah tak asli lagi. Malah bisa dibilang cuma sekedar peniruan dari budaya bangsa Spanyol. Ini terjadi akibat perkawinan campura yang terus menigkat, dan secara otomoatis mengaburkan identitas bangsa Indian.

Bangsawan Baru
Namun pada abad ke-18, masih ada kaum bangsawan yang bertahan dan memiliki kekuatan yang cukup untuk menjadi kelompok penekan di Mexico dan Tlaxcala. Kelompok ini menjalin hubungan akrab dengan Gereja dan selalu membanggakan darah dan asalnya. Mereka mampu mengumpulkan kekayaan, kekuasaan dan memelihara budaya asli.
Juru bicara kelompok ini tak segan-segan berkunjung ke Spanyol dan menununtut keras nasib Indian blasteran, dan kalau perlu meminta Indian asli diberikan pendidikan, hingga mereka bisa keluar dari 'kegelapan kebodohan'. Mereka dekat dengan gereja karena tekun mempelajari ajaran-ajaran yang diberikan oleh para misionaris yang datang pada abad ke-16.
Ketika kaum bangsawan di kota mencoba memperlambat kemerosotannya, Indian asli di pedesaan justru sudah menerapkan pola kemasyarakatan yang ba
ru. Mereka tak lagi berbakti kepada kaum bangsawan. Kehidupan mereka kini berputar pada para tuan tanah, yang tak mempunyai silsilah kebangsawanan. Tuan tanah ini dalam bahasa sono disebut pueblo mewakili desa, tanah dan masyarakat.
Akibatnya perpecahan etnik dan lenyapnya kekuatan politik kaum bangsawan Indian memang dahsyat. Para pewaris kekayaan Aztec yang dulu menguasai seluruh lembah Mexico, pada akhir abad ke-16 menjadi orang-orang yang cuma memegang desa.
Dari pertengahan abad ke-17 ke depan, raja-raja kecil ini melegitimasikan kekuasaan mereka. Soalnya dari darah dan keturunan mereka memang tak punya hak duduk di situ. Untuk mencapai tujuan itu mereka membentuk identitas sendiri - yang berbeda dengan identitas kaum bangsawan Indian - dan juga menciptakan posisi sendiri di lapisan sosial masyarakat kolonial.
Mereka, antara lain, menciptakan dan memakai gelar-gelar baru. Ini bisa mereka lakukan karena mereka mempunyai kemampuan baca tulis [bahasa Indian]. Dengan demikian mereka masih ingat susunan peringkat sosial masyarakat Aztec. Jadi merek atinggal menyontek saja.
Hubungan dengan gereja juga
terjalin dengan baik. Gereja yang telah ada selama satu abad tak lagi dipandang sebagai paksaan. Gereja pada saat itu telah menjadi poros kehidupan baru, karena di sanalah berbagai bentuk ritual keagamaan belangsung. Bila mengingat Indian adalah masyarakat yang sangat mementingkan ritual dan prosesi keagamaan, hal ini bukanlah hal yang mengherankan.
Selain itu mereka ju
ga masih menyisakan ajaran lama. Mereka, misalnya, masih menganggap tanah, rumah dan keun jagungnya memiliki kekuatan nenek moyang. tap pada paruh pertama abad ke-17, bahkan sebelum epidemi hebat, mereka berusaha membangkitkan makna dan keseimbangan kehidupan dengan cara menggabungkan kekuatan tradisional - api, air, gunung atau gunung - dengan para orang suci yang kini melindungi desa dan rumah mereka. Sedikti demi sedikit bangsa Indian menciptakan ritual dan prosesi yang merupaka penggabungan ajaran nenek moyang dengan agama baru mereka. Praktek seperti ini masih dapat dilihat pad aIndian zaman sekarang.
Abad ke-17 menyaksikan tumbuh suburnya agama Kristen yang untuk, yang memungkinkan bangsa Indian mengekspresikan apa yang tersisa dari identitas asalnya. Mereka menyebarkan ritual dan prosesi itu melalui pertemuan keluarga, perluasan persaudaraan dan penggabungan festival antara kelompok satu dengan kelompok lainnya.

Agama Kristen di Mexico kian unik karena juga menerima pengaruh dari kaum blasteran dan mulatto [keturunan kaum blasteran]. Juga karen abangsa Spanyol pad aabad ke-18 masuk samai ke desa-desa. Mereka juga menimbulkan budaya baru. Yang mencampurkan seluruh kepercayaan dan budaya yang ada. Budaya inilah yang kemudian membayang-bayangi budaya modern di Mexico City.
Berhubungan dengan k
aum blasteran, mulatto [keturunan blasteran] dan Spanyol yang masuk ke wilayah pedesaan menyebabkan Katolik melewati sebuah evolusi berikutnya pada abad ke-18. Budaya umum muncul yang mencampurkan seluruh kepercayaan dan praktek keagamaan, membayangi budaya umum yang ada di Mexico modern, dimana warisan nenek moyang telah lenyap.
Tentu saja yang paling tak setuju dengan membesarnya kekuasaan para pueblo adalah para hacendado [tuan tanah bangsa Spanyol]. Pada abad ke-17 dan 18 dipenuhi dengan konflik antara pueblo dan hacendado.
Persaingan antar kedua kelompok ini sebenarnya terjadi secara tak sengaja. Epidemi dahsyat yang melanda Lembah Mexico mengakibatkan sejumlah besar penduduk asli tewas. Hingga banyak tanah garapan yang terlantar. Tanah terlantar inilah yang kemudian ditempati oelh para hacendado.
Namun pada abad
ke-18, populasi penduduk asli mulai berkembang kembali. Kebutuhan tanah pun menigkat. Tapi tanah garapan mereka kini sudah dikuasai tuan tanah bangsa Spanyol. Pertikaian pun tak terhindarkan. Di paruh kedua abad ke-18, ketegangan meningkat dan revolusi lokal sering meletup.
Sedang untuk masyarakat biasa, mereka sama sekali tak merasakan perbedaan. Apakah itu pada era Aztec, pada periode invasi bangsa Spanyol, atau pada zaman pueblo dan hacendado. Mereka tetap pad akondisi kehidupan yang sama, mekanan yang sama, dan kemiskina yang sama.

Kehidupan Modern
Masyarakat awam yang mengalami perubahan drastis justru yang berdiam di perkotaan. Terutama di ibukota yang baru. Di sini sejak abad ke-16, bangsa Indian menjadi akrab dengan lidah Spanyol dan juga m
engalami percampuran biologis, sosial dan kultural.
Mereka tertatih-tatih melangkah di antara dua dunia. Yakni dunia tuan-tuan penjajah, di mana mereka bisa bergerak lebih leluasa dan tradisi Indian yang kadang-kadang terasa begitu ketat hingga tak memberi peluang sama sekali. Banyak di antara mereka berkemampuan dua bahasa. Mereka juga tahu memanfaatkan asal usulnya agar mendatangkan keuntungan kepada dirinya. Pada abad ke-17, cara berpakaian dan potongan rambut tak lagi membeda
kan mereka dari populasi Spanyol.
Seperti magnet, kehidupan kota menarik kaum Indian pedesaan. Baik karena mereka teerlalu diesploitasi di desa atau karena mereka memang memutuskan untuk lepas dari komunitasnya. Ini sebenarnya bukan hal baru, karena ratusan tahun sebelumnya, kaum Indian Nomad mendatangi kota-kota dalam rangka memperoleh sedikit peradaban.
Di kota-kota bangsa Indian segera terjebak aspek negatif "kebudayaan" yang dibawa oleh bangsa Spanyol. Yang paling menonjol adalah kebiasaan mabuk-mabukan, atau alkoholisme yang melanda hampir semua bangsa Indian di perkotaan.
Tempat-tempat umum atau yang dikenal dengan sebutan pulquerias menjadi pusat kebusukan. Di sinilah para suami menghabiskan pendapatan untuk keluarga, para wanita mabuk dan menggugurkan bayinya, dan tempat pertikaian berdarah dan prostitusi berlangsung. Pada 1784, Ibukota memiliki tak kurang 600 pulqueria.
Kendati tempat-tempat itu menampung seluruh kebejatan, korupsi dan cinta gelap, pulqueria sebenarnya juga berfungsi sebagai katup pelepasan. Di situ mereka bisa sedikit menikmati hidup dan bersantai. Pu
lqueria menjadi alternatif untuk sebentar melarikan diri dari masyarakat yang ketat dan menempatkan setiap orang pad aposis yang tetap, bergantung pada ras dan kekayaannya.
Dari akhir abad ke-18, bangsa Indian yang bertahan dari epidemi, kawin campur, dan eksploitasi kolonial menghadapi 'pembantaian' dari dunia baru.
Ironisnya, ancaman pembantaian itu datang pada era Pencerahan dan zaman Kemerdekaan. Pada kedua periode ini jalan hidup bangsa Indian kembali dipertanyakan. Akibatnya, bangsa Indian yang sudah susah payah mencari keseimbangan dengan pola kemasyarakatan yang baru kembali terguncang-guncang.
Pada zaman Pencerahan, pemerintah kolonialisme bernafsu sekali 'memperadabkan' bangsa Indian. Mereka memaksa seluruh kepala sekolah di seantero Mexico mengajar dalam bahasa Spanyol. Pada saat yang sama, sekitar 1780-1n, pemerintah yang sedang memusatkan perhatian pada bidang ekonomi, mengeluarkan peraturan yang menggoyang tonggak-tonggak utama kehidupan Indian. Dengan alasan ekonomi, mereka dilarang atau sangta dibatasi dalam menyelenggarakan ritual, festival atau prosesi keagamaan. Pemerintah juga mulai mengutak-atik tradisi komunal [hidup secara berkelompok] bangsa Indian.
Raja Spanyol juga m
empunyai pemikiran yang sama, dan segera menyempurnakan kebijakannya terhadap komunitas Indian. Pada abad ke-19, ia mengeluarkan peraturan yang menghapus perbedaan antara Indian dan Spanyol yang sebelumnya sah secara hukum.
Ketiak merdeka pada 1821, Mexico muda, yang sebetulnya belum mengutamakan demokrasi dan persamaan hak, menegaskan kebijakan itu. Indian menjadi warga negara biasa sama seperti lainnya, dan melancarkan swastanisasi tanah-tanah komunal, yang menjadi sumber utama pendapatan para pueblo. in sebenarnya sama saja dengan menjatuhkan hukuman mati buat oenduduk asli. Kantung-kantung yang menampung penduduk asli pun menghilang. Mereka, suku Indian asli, pewaris kejayaan Tenochtitlan dan Tlatelolco, hilang di telan kota modern ini. Setelah itu bangsa Indian hanya bisa berdiri di pinggir memberi jalan kepada kaum spekulan. Mereka telah kalah. Beberapa kejadian lain kian menekan populasi asli di sepanjang abad ke-19. Hacienda menjadikan petani asli menjadi buruh tani yang tak pernah lepas dari hutang, hingga sepanjang hidup terikat dengan tuan tanah yang memperlakukan mereka secara sewenang-wenang. Kendati revolusi 1910 mengakhiri perbudakan bentuk baru ini, hal itu tak dapat menahan laju penghancuran bangsa Indian.
Beberapa desa, beberapa kantung mampu menolak modernisasi lebih lama dari yang lain. Tapi memasuki 1940-an, industrialisasi begitu cepat terjadi. Ini lantas membuka gelombang migrasi dari desa ke kota. Bangsa Indian meninggalkan tanah-tanahnya di desa yang tak lagi bisa memberi makan cukup untuk keluarga.
Kini lansekap yang dulu pernah menampilkan sebuah kekaisaran, flora dan fauna yang berusia ribuan tahun dan menjadi saksi kebesaran budaya Aztec telah dikurung oleh megapolis Mexico City yang berpenduduk 20 juta. Dan bangsa Indian hanya sebagian kecil dari jumlah itu.

[Disadur dari Majalah HAI 47/XVII 30 November 1993]

11 September 2008

AZTEC, Runtuhnya Sebuah Kekaisaran [5]

BUAH PAHIT KOLONIALISME
Kedatangan Bangsa Spanyol ke Mexico menyebabkan bangsa Indian dapat membca dan menulis. Tapi toh kolonisasi menyebabkan bangsa Indian tercabut dari akarnya.

Kekaisaran Aztec telah bertekuk lutut di depan bangsa Spanyol. Tapi tak berarti perlawanan para bangsawannya berhenti sama sekali. Sejumlah bangsawan yang tersisa belum mau menyerah. Mereka masih berharap par apenjajah itu akhirnya akan terusir dari negeri mereka.
Cortes menget
ahui gerak perlawanan itu. Dan ia pun bergerak untuk menuntaskannya. Ia tak cuma memaksa mereka tunduk terhadap Kerajaan Spanyol di seberang laut sana. Ia juga menekan penduduk setempat meniggalkan ritual-ritual lainnya dan mencoba mengkristenkan penduduk setempat.
Berbekal titah Cortes, pasukan Conquistador melabrak kuil-kuil dan menghancurkan patung-patung dewa Aztec. Kebijakan Cortes ini memang dimaksudkan untuk melemahkan bangsa Aztec. Karena dengan penghancuran itu, hubungan masyarakat Aztec dengan nenek moyangnya menjadi terputus.

Perlawanan Bangsawan
Karena kebijakan Cortes itu pula kelompok-kelompok pendeta Fransiskan yang terkenal bersemangat tinggi itu tiba di Mexico sejak 1525. Kedatangan mereka yang didukung oleh Cortes menyebabkan pendeta-pendeta Aztec yang berkeras memegang tradisi yang diwariskan nenek moyang
nya menjalankan ritusnya secara sembunyi-sembunyi. Ketika pendeta-pendeta Fransiskan menyebar dan berkhotbah di depan penduduk asli, pasukan Spanyol menyerbu berbagai tempat penyembahan. Mereka membunuh pendeta-pendeta suku Indian, membumihanguskan tempat-tempat pengorbanan manusia dan membakar seluruh manuskrip keagamaan.
Pendeta Fransiskan juga menggarap kaum bangsawan dan berhasil mendapatkan sejumlah pengiku
t. Kendati sebagian besar pengikut baru itu memeluk agama Kristen hanya di permukaan saja, toh Ordo Fransiskan berhasil menghidupkan suasana Kristiani di seputar gereja dan biara yang dibangun. Ritual-ritual baru diperkenalkan untuk menggantikan perayaan-perayaan yang telah dilarang.
Kaum pendeta segera menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan. dengan demikian tekanan terhadap kaum bangsawan Indian yang masih melakukan ritual Aztec kian keras. Kerena sebelumnya mereka sudah berhadapan dengan bangsa Spanyol dan suku Indian yang berkolaborasi dengan bangsa pendatang itu.
Datangnya agama Kristen di Lembah emxico boleh dibilang menggoyang tiang-tiang penyangga masyarakat setempat. Dalam berbagai k
hotbah yang disampaikan oleh Pendeta Fransiscan, citra bangsa Toltec, yang dianggap sebagai nenek moyang Aztec dan begitu dihormati, dimelorotkan menjadi penyembah berhala yang pantas masuk neraka untuk selama-lamanya.
Penguasa Spanyol juga menutup tempat-tempat yang selama ini mengajarkan tradisi nenek moyang kepada kaum bangsawan. Sedang para pendeta Fransiscan menabukan pengorbanan manusia dan melarang praktek poligami. Mereka juga melarang penggunaan tumbuhan halusinogenis [mungkin semacam ganja]. Padahal semua itu adalah praktek-praktek yang membedakan kelas penguasa dengan rakyat biasa. Kebiasaan itu sekaligus menjadi legitimasi kekuasaan.
Perpindahan dari ajaran pemujaan dewa ke agama Kristen juga memcahkan keutuhan keluarga. Prinsip monogami [beristri satu] menyebabkan istri-istri lainnya terlempar ke jalan berserta anak-anaknya [yang kemudian menjadi anak haram tanpa nama dan tanpa masa depan]. Para pendeta Fransiscan juga menggarap anak-anak kaum bangsawan, dan memakai mereka sebagai alat untuk membujuk atau bahkan melawan orangtuanya.
Hal lain yang menyebabkan kaum ban
gsawan Indian makin terjungkal adalah ajaran agama Kristen yang mengatakan seluruh manusia sederajat di hadapan Tuhan, dan para penguasa itu mempunyai tanggungjawab spiritual terhadap rakyat yang dipimpinnya. Ini sama sekali berlawanan dengan tradisi yang selama ini ada, yang emmisahkan bangsawan dengan rakyat jelata, baik secara fisik maupun secara spiritual.
Karena yakin ajran Kristen bakal menggulingkan sistem nilai yang ada, kaum bangsawan Indian yang masih membangkang mencoba menentang tekanan yang dilancarkan bangsa Spanyol. Tapi persengkokolan atau pemboikotan yang dilakukan mereka menemui kegagalan karena tak terorganisasi dengan baik. Perlawanan akhirnya menghilang satu demi satu.
Kaum bangsawan lainnya, entah karena sikap pasrah atau karena memang mau, memilih bekerja sama. Dengan cara ini, mereka berharap masih mendapat tempat di lingkar kekuasaan. Mereka sadar mereka masih dibutuhkan oleh Cortes cs. Pasukan Conquistador toh harus memanfaatkan bantuan mereka kalau ingin meluaskan wilayah pendudukannya.

Peran Wanita
Dan memang uta
ma yang dihadapi oleh bangsa Spanyol adalah bahasa. Kecuali bahasa Nahualt yang dipakai di Aztec ada lebih 100 bahasa lainnya yang dipakai di Spanyol Baru.
Pada tahun-tahun pertama kerjasama dengan bangsa Spanyol mendatangkan hasil yang lumayan bagi para bangsawan. Bangsawan Tlaxcala misalnya dibiarkan memiliki otonomi ketiak bersedia masuk Kristen. Bangsawan Texcoco, untuk mempertahankan kekuasaannya bersedia membantu pasukan Spanyol untuk menghancurkan Mexica hingga bangsa Spanyol bisa memulai gerakan Fransiskannya.
Dalam pengembangan dominasi bangsa Spanyol, wanita kerap memainkan peran krusial. Soalnya anak perempuan bangsawan Indian kerap menjadi wanita simpanan atau bahkan menjadi istri sah dari pasukan conquista
dor. Anak perempuan Moctezuma, Tecuihpotzin, dapat dijadikan contoh. Istri dari dua raja Aztec, Cuitlahuac dan Cuauhtemoc, ia segera dibaptiskan setelah penaklukan bangsa Spanyol dan diberi nama Isabella. Diceraikan oleh Cuauhtemoc pada usia 16 tahun, ia masih membawa legitimasi Aztec, dan termasuk orang penting dalam percaturan politik. Cortes menikahkannya Alonso de Grado, salah seorang anggota conquistador. Tecuihpotzin segera menjadi asimilasi dan kristenisasi.
Setelah Grado wafat, Tecuihpotzin menjadi harem Cortes selama beberapa waktu, dan sempat melahirkan seorang anak. Ia kemudian menikah dengan dua orang Spanyol lainnya. Lalu anak perempuannya, Leonor, menikah dengan penemu tambang pe
rak Zacateca berkebangsaan Spanyol. Kini keturunan Tecuihpotzin berdiam di Spanyol dan biasanya memakai gelar Count of Miravalle, Duke of Abrantes dan Duke of Linar.
Pernikahan anta
ra putri setempat dengan pasukan conquistador, dan anak-anak indo hasil perkawinan itu, tak pelak lagi mempercepat proses penyatuan dua dunia yang pada awalanya sama sekali berbeda.

Cepat Beradapatasi
Kebijakan asi
milasi yang secara tersirat dilakukan oleh penguasa Spayol ini dimanfaatkan pula oleh sejumlah bangsawan di provinsi kecil. Mereka mecoba masuk ke lingkaran kekuasaan dan berhasil. Mereka biasanya menjadi gubernur atau penguasa di satu tempat.
Tapi angin kemudian berubah arah. Menuju pertengahan abad ke-16, penguasa Spanyol tak mau lagi menciptakan kaum elit baru. mereka kembali melirik kepada pewaris-pewaris asli Aztec. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjaga inde
ntitas 'Indian'. salah satu caranya adalah dengan memisahkan komunitas masyarakat setempat dengan Spanyol. Dengan demikian kontrol wilayah harus tetap berada di tangan bangsa Spanyol. Dengan cara ini pula mereka bisa memobilisasi kekuatan pasukan Aztec yang terkenal kuat itu. Pada 1920-an, suasana damai di pusat negeri dan penaklukan Guatemala serta Honduras dapat dicapai karena bantuan para bangsawan dan pasukannya. Kekuatan yang sama juga dipakai untuk memukul mundur pasukan Indian Chichimec dan untuk menjamin terbukanya jalur ke tambang-tambang perak di Mexico Utara. Dari 1541 sampai 1542 puluhan ribu prajurit Mexica, Tlaxcala dan Otomi dipakai mematahkan pemberontakakn Mixton, di timur laut negeri, sekitar 600 km dari Mexico. Pejuang yang paling berani dianugerahi pangkat militer, lengkap dengan senjata dan gelar.
Dari 1540 ke depan, kelas penguasa baru atau pun penguasa tradisional dengan cepat beradaptasi dengan dunia baru yang dibawa oleh Bangsa Spanyol. Mereka tak cuma akrab dengan kuda dan senjata api. Mereka juga mulai mengenal akutansi, mencoba berbisnis, membeli barang-barang yang diekspor oleh bangsa Spanyol, meminum anggur dan mengenakan baju sutera.
Mereka bahkan pada tingkat tertentu menguasai tata hukum Spanyol dan menggunkannya untuk melindungi hak-hak mereka. Bangsa Indian banyak yang menjadi hakim, gubernur, pedagang dan penerjemah. Mereka tetap berada di bawah bayang-bayang par apenguasa Spanyol, tapi jauh di atas rakyat biasa.
Pendidikan yang dilakukan Gereja dan kemampuan beradaptasi bangsa Indian yang begitu cepat menghasilkan buah yang amat baik dan tak terduga. Buah itu muncul dalam karya-karya pelukis dan pematung setempat yang mengambil bagian dalam pembangunan gereja, biara dan kapel yang sekarang tersebar di seluruh Mexico.
Selain itu ada juga musisi dan penyanyi yang tumbuh subur di daerah pemukiman-pemukiman. Mereka belajar instrumen-instrumen musik Eropa Abad Pertengahan dan dalam kasus tertentu belajar komposisi dengan semangat tinggi yang kadang-kadang mengejutkan orang Spanyol sendiri. tapi revolusi yang paling menonjol adalah pengenalan alfabet Eropa. Orang-orang Indian, yang selama berabad-abad kebudayaannya didasarkan pada tradisi pictograf [gambar] dan lisan kini belajar membaca dan menulis.
Bagi yang amat pintar bahkan ditawari pendidikan yang lebih tinggi seperti bersekolah do kolese Santa Cruz, yang ada di Tatelolco. Disana mereka mempelajari karya-karya Cicero, membaca karya klasik Latin dan menerjemahkan teks-teks penting Eropa ke bahasa Nahualt. Beberapa bahkan mengakrabkan diri dengan tipografi dan cetak. Dari sinilah lahir pencatat-pencatat sejarah abad ke-16.
Adopsi penulisan bergaya Eropa tak menyebabkan pictografi khas Indian menjadi lenyap. Mereka justru berhasil mengkombinasikan pictografis dengan tulisan Eropa. Mereka berhasil memanfaatkan keduanya secara maksimal.
Wabah Penyakit
Tapi perkembangan menggembirakan ini mati sebelum sempat berkembang jauh. Soalnya pada sisi lain,masyarakat luas, sangat sengsara karena eksploitasi habis-habisan yang dilakukan bangsa Spanyol. Yang akhirnya menimbulkan sejumlah kekacauan.
Kekacauan itu datang dari beberapa faktor. Misalnya masayarakat Indian tak lagi memiliki garis pembatas yang jelas yang membedakan kelas sosial dan asl suku, yang sebelumnya justru amat ketat. Tanda-tanda dtatus sosial pun sudah hilang - misalnya asesoris, baju dan partisipasi dalam ritual-ritual keaamaan, dan pembedaan konsusmsi mskanan. Kevakuman kekuasaan juga menyumbang andil yang tak sedikit. Pada 1521 para bangsawan dan pemimpin suku Indian secara total menujukkan diri mereka sama sekali tak berdaya menghadapi bangsa asing. Ini jelas menghilangkan kebanggaan di kalangan masyarakat biasa.
Yang lebih serius lagi kematian para dewa. Lalu perhitungan perputaran waktu - yang selama ini ditandai dengan pengorbanan manusia dan ritual kegamaan lainnya - yang menjamin kelangsungan hidup kosmos telah dihilangkan. Dengan kata lain, seluruh institusi yang sebelumnya dijunjung tinggi, sekarang sudah tak berfungsi lagi. Celakany institusi pengganti tak hadir selama beberap adekade. Karena waktu itu pendeta-pendeta Fransiskan baru bergerak di beberapa kota saja.
Sampai 1540-an, para conquistador dengan bengis menindas suku Indian. Mereka dijadikan budak belian, tubuh mereka dicap dengan bsi panas, membebani mereka dengan kerja berat. Parahnya lagi, rakyat jelata ini juga ditindas oleh kaum bangsawan Indian yang kini bergandeng mesra dengan bangsa kolonialis itu. Penderitaan rakyat biasa Indian belum lagi habis. Wabah penyakit menyerang beberapa kali. Yang dimulai dari saat pengepungan kota Tenochtitlan. Sejak itu tious dan cacar seolah tak pernah pergi dari Lembah Mexico. dengan saat-saat paling parah pada 1545 - 1548, 1581 - 1586 dan 1629 - 1631.
Pengobatan yang minim, semangat hidup yang amat rendah, menjelaskan jumlah kematian yang begitu besar. Bangsa Spanyol sempat kuatir dengan kematian yang dahsyat itu, karena itu berarti mereka kehilangan tenaga kerja dan upeti dalam jumlah besar. Mereka lantas mencari penyebab timbulnya wabah penyakit itu.
Sedang suku Indian menduga epidemi yang datang bergelombang itu akibat dari runtuhnya nilai-nilai yang selama ini dipegang dan karena dihancurkannya patung-patung dewa. tapi mereka, seperti juga bangsa yang menjajahnya, lebih sering tak bisa menjawab dan bingung dengan nasib meerka yang menyedihkan itu.
Berhadapan dengan serangan Sang Maut yang datang berturut-turut itu dan runtuhnya institusi-institusi yang selama ini dipegang, bayak orang Indian yang lari ke alkohl. Larangan meminum alkohol yang dulu berlaku sudah tersapu dengan yang lainnya. Angka aborsi dan bunuh diri berlipat ganda. Inilah ekspresi keputusasaan yang tak tertahankan.

[disadur dari Majalah HAI 46/XVII 23 november 1993]