PEMERINTAHAN BERDARAH MOCTEZUMA
Kenaikkannya ke tahta kekuasaan ditandai dengan bencana berkepanjangan. Dan selama 28 tahun pemerintahannya, Aztec tak pernah berhenti berperang. Toh Moctezuma disebut sebagai arsitek yang membangun Kekaisaran Aztec.

Penggabungan tiga kekuatan - Mexica, Tacuba dan Texcoco - memang ampuh. Persekutuan yang dikenal dengan sebutan Triple Alliance [TA] ini segera meluaskan wilayahnya dengan menundukkan kerjaan-kerajaan kecil di Lembah Mexico. Hanya dalam waktu 15 tahun, TA telah menjelma menjadi kekaisaran dengan kekuatan yang harus diperhitungkan.
Pada tahun itulah, 1440, Moctezuma naik tahta menggantikan Itzcoatl. Seperti penguasa sebelumnya, Moctezuma I yang naik kursi kekuasaan pada usia 40 tahun, juga berupaya meluaskan wilayah kekaisaran Aztec dengan menggempur suku-suku di sekitar lembah. Segera setelah memegang kekuasaan tertinggi di Aztec, ia memerintahkan bala tentaranya menyerang Chalca, sebuah suku yang berdiam di kaki gunung-gunung berapi yang tertutup salju di sebeleha tenggara Lembah Mexico. Tapi perang tak berlangsung lama, karena Lembah Mexico dilanda serangkaian bencana yang berlangsung hampir delapan tahun.
Perang Suci
Sewaktu Moctezuma mengirimkan pasukannya ke Chalca, Lembah MExico justru diserbu kawanan belalang. Jutaan belalang memporakporandakan pertanian Aztec. Tahun itu, 1446, seluruh hasil jagung dihasilkan oleh belalang.
Belum lagi sembuh oleh serangan belalang, Lembah Mexico dilanda banjir besar pada 1449. Kemudian serangkaian musim dingin yang membekukan dan gangguan serangga datang silih berganti mulai 1540 sampai 1454. Kemarahan alam yang berkepanjangan itu menyebabkan kekaisaran Aztec dilanda kelaparan dahsyat, yang berlangsung bertahun-tahun.
Menurut catatan sejarah, bangsa Aztec begitu tercekam dengan bencana itu. Sampai 150 tahun setelah bencana itu, rakyat Aztec masih teringat jelas dengan burung-burung bangkai yang mengitari lembah dan menyantap mayat-mayat yang bergelimpangan di berbagai tempat.
Bencana luar biasa itu sempat menggoyahkan pemerintahan Moctezuma. Soalnya karena begitu hebatnya kemarahan alam, kalangan penguasa tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong rakyatnya. Hingga rakyat merasa diabaikan, dan mulai tak percaya dengan pihak penguasa. Padahal selama ini kekaisaran Aztec bersandar pada kepercayaan rakyatnya. Untunglah pada 1455 hujan turun secara teratur. Pertanian pun kembali pulih. Kebetulan tahun itu juga merupaka tahun terakhir dari putaran 52 tahun. Suku Aztec percaya, setiap kali putaran 52 tahun itu berakhir, duania terancam lenyap. Pada tahu itu, makhluk-makhluk alam maya keluar dan siap menyergap manusia dan menguasai jagat raya.
Serangan tzizimime, begitu makhluk-makhluk itu disebut, baru bisa dihindari bila seluruh kuil menyalakan api. Seluruh kuil menyalakan api, dan bumi tak jadi lenyap. Karena itulah penguasa Aztec, menganggao bencana yang datang berturut-turut itu muncul karena kemarahan para dewa.
Untuk menyenangkan hati pada dewa, Moctezuma kembali melakukan penyerangan ke negeri-negeri tetangga. Berbeda dengan penyerbuan sebelumnya, serangan kali ini tak melulu bertujuan meluaskan wilayah kekuasaan. Tapi lebih dititikberatkan pada pencarian tawanan, yang nantinya dijadikan untuk persembahan kepada dewa.
Selain itu pertempuran dimanfaatkan untuk melatih tentara Aztec untuk menggempur wilayah yang terletak lebih jauh lagi. Bagi pasukan Aztec sendiri, penyerangan ke sejumlah negeri di sekitar lembah merupakan tugas suci, karena mereka bertempur demi para dewa.
Karena itulah Moctezuma menamakan serangkaian perang yang dikomandoinya itu sebagai Perang Bunga-Bunga. Seak itu kawasan sekitar lembah tak pernah sepi dengan peperangan antara Aztec dan masyarakat di Lembah Puebla. Dan baru berakhir ketika orang-orang Spanyol mendarat di sana memanfaatkan kondisi itu untuk menguasai Lembah Mexico.
Tapi Perang Bunga-Bunga itu kerap kali tumpang tindih dengan pertimbangan ekonomi dan strategi politik. Ini terlihat ketika pasukan Aztec menyerbu negeri-negeri kaya di kawasan tropis, yang justru menampung ribuan pengungsi ketika embah Mexico dilanda kelaparan.
Negeri-negeri tropis yang tersebar di kawasan Teluk Mexico itu kaya akan bulu hias, batu berharga, kapas dan kain warna warni. Semua itu merupakan benda-benda yang digemari oleh golongan bangsawan di Aztec.
Moctezuma memulai serangan ke Teluk Mexico dari arah tenggara. Korban pertama adalah Coixlahuaca, sebuah kota yang terkenal karena aktivitas perdagangannya, yang ditundukkan pada 1458. Kota ini memang menjadi pintu gerbang ke Mixtec - sebuah wilayah yang mewarisi peradaban kuno, komplet dengan perhiasan emasnya - sampai ke pelosok Guatemala.
Pasukan Moctezuma kemudian mengerahkan kekuatannya ke wilayah bagian timur. Mereka berhasil memaksa suku Huaxtex dan Totonac untuk membayar upeti. Setelah itu, bala tentara Aztec menyeberang ke negeri-negeri yang berada di balik pegunungan berapi. Serangan yang berlangsung sejak 1466 ini juga berkaitan dengan kepentingan ekonomi dan strategi politik.
Soalnya kota yang dijadikan sasaran adalah Tepeaca, yang menjadi pusat lalu lintas untuk wilayah timur da tenggara. Penyerahan upeti dan penaklukan tempat-tempat penting menunjukkan bagaimana kepentingan ekonomi juga menjadi faktor utama gerakan pasukan Moctezuma.
Pengorbanan Manusia
Moctezuma menjalankan taktik 'pukul dan tinggalkan' dalam meluaskan wilayah kekuasaanya. Ia tak meninggalkan sejumlah tentaranya di negeri yang berhasil ia tundukkan. Ia bahkan tak mengangkat seorang gubernur Aztec di wilayah itu. Moctezuma cuma meninggalkan seorang pejabat yang bertugas mengumpulkan upeti dan me
mastikan upeti itu dikirimkan ke Tenochtitlan.
Di luar itu, suku Mexica dan sekutunya menghormati penguasa lokal. Mereka juga tak mengubah tradisi dan lembaga-lembaga yang ada di daerah yang bersangkutan. Mereka juga tak memaksakan penduduk setempat menyembah dewa-dewa suku Mexica. Mereka membiarkan masyarakat pendudukan menjalankan ritual yang dijalankan di sana. Tapi Moctezuma sama sekali tak mengizinkan daerah taklukannya itu membangun kekuatan bersenjata. Mereka hanya diizinkan untuk membentuk pasukan elite - yang berisi kstaria jaguar dan kstria elang - yang terlalu kecil untuk melakukan pemberontakan.
Kendati begitu pemberontakan toh terjadi di sejumlah tempat. Soalnya pengiriman upeti bukanlah hal yang mudah. Rombongan pengantar upeti itu harus berjalan ratusan kilometer. Perjalanan itu sendiri amat berat, karena harus naik turun gunung, melewati dataran rendah yang kering dan membekukan, menerobos hutan yang amat lebat dan amat sulit ditembus. Dan pada saat itu, kereta atau hewan pengangkut seperti kuda atau keledai belumlah dikenal. Hingga semua benda-benda upeti harus dipanggul oleh manusia. Dengan demikian tak heran kalau sejumlah penguasa lokal mencoba melepaskan diri dari genggaman kekuasaan Aztec. Tapi pemberontakan itu cuma melahirkan pembalasan yang brutal dan biasanya berakhir dengan hukuman upeti yang lebih besar.
Secara sadar Moctezuma menciptakan dua citra sekaligus ke hadapan daerah taklukannya. Wajah pertama adalah kekuatan menekan yang ditampilkan lewat kebengisan tentara. Sedang imej kedua, otoritas, dibangun lewat negosiasi dan teror.
Yang terakhir dijalankan secara sadis. Para penguasa daerah yang belum berada di bawah kekuasaan Aztec diundang untuk menghadiri pengorbanan manusia yang dilangsungkan di Tenochtitlan. Diterima secara mewah dan penuh hormat, tamu-tamu itu diajak menyaksikan bagaimana manusia - yang tak jarang saudara mereka sendiri yang menjadi tawanan perang - dipersembahkan kepada dewa-dewa kota Tenochtitlan. Mereka tak bisa menolak undangan tersebut, karena penolakan bakal segera diartikan sebagai pernyataan perang.
Tulang Punggung
Namun TA juga tahu bagaimana memelihara kerjasama dengan wilayah-wilayah yang dikuasainya di Lembah Mexico. Sebagai upah, rombongan pengantar upeti diberikan sebagian hasil rampasan perang. Rombongan yang datang dari wilayah yang lebih jauh mendapat perlakuan yang lebih istimewa, untuk menjaga loyalitas mereka. Lalu daerah-daer
ah yang berada di pinggir wilayah kekaisaran Aztec dipercaya untuk menjaga perbatasan. Sebagai imbalannya, mereka dibebaskan dari kewajiban membayar upeti.
Kendati ada beberapa pengecualian, rombongan pembawa upeti seolah tak pernah terputus memasuki Tenochtitlan. Ibukota kekaisaran Aztec pun dipenuhi dengan berbagai benda yang pernah dihasilkan dan dipakai di zaman Mexico kuno. Puluhan ribu ton makanan, lebih dari 100 ribu pakaian yang dibuat dari kapas, lebih dari 30 ribu gulung bulu hias, dan sejumlah besar benda berharga mengalir ke Tenochtitlan setiap tahun.
Diawasi oleh petugas pengawas pajak lokal yang berada di titik keberangkatan, upeti yang dibawa dihitung dengan teliti. Mengenai perhitungan ini adpat ditemui di sejumlah manuskrip yang ditemukan para ahli sejarah Mexico.
Barang-barang itu digunakan untuk sejumlah keperluan. Pada masyarakat yang tak membedakan antara kerja dan ritual keagamaan, sebagian upeti dipakai untuk perayaan-perayaan agama. Sekedar informasi, Aztec mengenal lebih dari dua sampai tigaratus ritual kegamaan dalam setahun.
Sebagian lagi dipakai untuk membiayai administrasi pemerintahan, untuk membantu rakyat dan untuk menutup biaya yang dikeluarkan pada saat perang. Sisanya diputar lagi dalam perdagangan dan ditukar dengan berbagai jenis barang lainnya.
Pada setiap upeti terdapat sejumalh tenaga kerja. Dengan inilah Moctezuma membangun sejumlah proyek besar di ibukota Aztec, Tenochtitlan. Dengan demikian kekaisaran Aztec tumbuh seperti jaring laba-laba. Dan TA sebagai pusatnya. Jaringan itu kian kuat karena adanya perkawinan campuran, pertukaran jasa, dan ketergantungan satu daerah dengan daerah lain.
Tapi semua itu berjalan sangat fleksibel dan selalu disesuaikan dengan kondisi yang ada, karena penguasa di daerah-daerah itu tak menggunakan sarana transportasi dan ketentuan tertulis dalam menjalankan pemerintahan. Atau dengan kata lain, kekaisaran Aztec bukanlah pemerintahan yang amat terpusat dan bersifat totaliter.
Inijuga terlihat dari pembagian kekuasaan di pusat. Tenochtitlan, kendati menjadi kediaman Moctezuma, bukan satu-satunya kota yang menerima upeti. Texcoco, kota kediaman sekutunya, meneriam 40 persen dari jumlah upeti yang datang. Selain itu, pasukannya juga ikut bertempur dalam perluasan wilayah Aztec. Mereka menundukkan kota-kota sekitar dan kawasan di timur laut lembah Mexico, dan menerima upeti dari negeri-negeri yang ada di Teluk Mexico.
Selain itu, excoco juga memainkan peranan penting dalam budaya. Ini hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh Nezahualcoyotl, penguasa kota Texcoco. Ia dikenal sebagai ahli hukum - ia antara lain menghidupkan kembali sejumlah hukum yang berlaku pada era pemerintahan Quetzalcoatl, nenek moyang Toltec-nya - sebagai arsitek dan juga sebagai penyair.
Ia memiliki kharisma. Hingga disebut sebagai kerutunan pada dewa, hingga bersifat abadi, suatu sifat yang tak dimiliki oleh Moctezuma. Menurut salah seorang keturunannya Alva Ixtilxochitl, ia bahkan memiliki sifat ketuhanan, sang pencipta bumi dan surga. Dengan bangga Alva Ixtilxochitl menyebutnya sebagai 'raja yang paling berkuasa, paling cerdas dan paling bijak yang pernah ada di Dunia Baru'.
Dari Texcoco, bersamaan dengan meluasnya wilayah kekuasaan Aztec, lahir etika yang kompleks. Pada awalnya peraturan hidup itu muncul karena Moctezuma dan saudaranya Tlacelel menikmati fasilitas luar biasa yang membedakannya dengan penguasa dan aristokrat lainnya.
Dari sinilah kemudian disusun peringkat kebangsawanan seseorang. Tinggi rendahnya kebangsawanan diukur dari perhiasan dan pakaian. Kian mewah atau indah perhiasan yang dikenakan, makin tinggi pula status kebangsawanannya.
Dengan demikian, gelang, bulu hias, perhiasan emas, perhiasan batu berharga hanya boleh dipakai oleh kalangan bangsawan. Pakaian yang dibuat dari kapas dan panjang mantel diatur secara ketat. Setiap pelanggaran akan diganjar hukuman yang amat berat.
Pemakaian oakaian bagus dan perhiasan indah sama sekali tak ada kaitannya dengan penampilan seseorang. Pakaian dan perhiasan itu dipakai cuma untuk menegaskan status sosial, unut membedakan rakyat biasa dengan kalangan bangsawan. Rakyat hanya boleh mengenakan kulit kelinci dan anting-anting batu granit.
Kendati begitu, peraturan yang diterapkan secara ketat ini tak sama sekali tertutup. Pejuang perang yang amat menonjol keberaniannya dianugerahi kehormatan, yang ditandai dengan pemberian perhiasan, macam kalung yang terbuat dari tulang, dan bulu elang.
Atas sumbangan pemikiran Nezahualcoyotl pula, pada era pemerintahan Moctezuma I, serangkaian peraturan hukum diciptakan. Peratutan itu menetapkan sejumlah hukuman buat yang berbuat serong, mabuk atau mencuri. Hukuman itu akan lebih berat bila yang melakukan pelanggaran berasal dari kalangan bangsawan. Peraturan ini menegaskan kembali kalangan bangsawan yang terhormat seharusnya tak boleh menjadi contoh jelek bagi masyarakat. Namun peraturan ini hanya berlaku untuk mereka yang berasal dari Tenochtitlan dan Texcoco.
Pada 1465, Moctezuma melancarakan serangan lagi dan berhasil menaklukan Chalco, yang selama 20 tahun terakhir berusaha ditundukkannya. Tak lama kemudian, sekitar 1468, Moctezuma meninggal dunia. Kendati sejak awal pemerintahannya sudah diwarnai dengan kematian - bencana berkepanjangan yang menimpa kekaisaran Aztec, dan kemudian peperangan yang tak kunjung henti selama ia menjalankan pemerintahannya, Moctezuma dianggap sebagai Bapak Kekaisaran Aztec.
Tak lama lagi setelah Moctezuma I wafat, rekannya Nezahualcoyotl pun meninggal pada 1472. Tak ada lagi orang kuat di Aztec.
[Disadur dari majalah HAI 44/XVII 9 November 1993]
Kenaikkannya ke tahta kekuasaan ditandai dengan bencana berkepanjangan. Dan selama 28 tahun pemerintahannya, Aztec tak pernah berhenti berperang. Toh Moctezuma disebut sebagai arsitek yang membangun Kekaisaran Aztec.

Penggabungan tiga kekuatan - Mexica, Tacuba dan Texcoco - memang ampuh. Persekutuan yang dikenal dengan sebutan Triple Alliance [TA] ini segera meluaskan wilayahnya dengan menundukkan kerjaan-kerajaan kecil di Lembah Mexico. Hanya dalam waktu 15 tahun, TA telah menjelma menjadi kekaisaran dengan kekuatan yang harus diperhitungkan.
Pada tahun itulah, 1440, Moctezuma naik tahta menggantikan Itzcoatl. Seperti penguasa sebelumnya, Moctezuma I yang naik kursi kekuasaan pada usia 40 tahun, juga berupaya meluaskan wilayah kekaisaran Aztec dengan menggempur suku-suku di sekitar lembah. Segera setelah memegang kekuasaan tertinggi di Aztec, ia memerintahkan bala tentaranya menyerang Chalca, sebuah suku yang berdiam di kaki gunung-gunung berapi yang tertutup salju di sebeleha tenggara Lembah Mexico. Tapi perang tak berlangsung lama, karena Lembah Mexico dilanda serangkaian bencana yang berlangsung hampir delapan tahun.
Perang Suci
Sewaktu Moctezuma mengirimkan pasukannya ke Chalca, Lembah MExico justru diserbu kawanan belalang. Jutaan belalang memporakporandakan pertanian Aztec. Tahun itu, 1446, seluruh hasil jagung dihasilkan oleh belalang.
Belum lagi sembuh oleh serangan belalang, Lembah Mexico dilanda banjir besar pada 1449. Kemudian serangkaian musim dingin yang membekukan dan gangguan serangga datang silih berganti mulai 1540 sampai 1454. Kemarahan alam yang berkepanjangan itu menyebabkan kekaisaran Aztec dilanda kelaparan dahsyat, yang berlangsung bertahun-tahun.
Menurut catatan sejarah, bangsa Aztec begitu tercekam dengan bencana itu. Sampai 150 tahun setelah bencana itu, rakyat Aztec masih teringat jelas dengan burung-burung bangkai yang mengitari lembah dan menyantap mayat-mayat yang bergelimpangan di berbagai tempat.
Bencana luar biasa itu sempat menggoyahkan pemerintahan Moctezuma. Soalnya karena begitu hebatnya kemarahan alam, kalangan penguasa tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong rakyatnya. Hingga rakyat merasa diabaikan, dan mulai tak percaya dengan pihak penguasa. Padahal selama ini kekaisaran Aztec bersandar pada kepercayaan rakyatnya. Untunglah pada 1455 hujan turun secara teratur. Pertanian pun kembali pulih. Kebetulan tahun itu juga merupaka tahun terakhir dari putaran 52 tahun. Suku Aztec percaya, setiap kali putaran 52 tahun itu berakhir, duania terancam lenyap. Pada tahu itu, makhluk-makhluk alam maya keluar dan siap menyergap manusia dan menguasai jagat raya.
Serangan tzizimime, begitu makhluk-makhluk itu disebut, baru bisa dihindari bila seluruh kuil menyalakan api. Seluruh kuil menyalakan api, dan bumi tak jadi lenyap. Karena itulah penguasa Aztec, menganggao bencana yang datang berturut-turut itu muncul karena kemarahan para dewa.
Untuk menyenangkan hati pada dewa, Moctezuma kembali melakukan penyerangan ke negeri-negeri tetangga. Berbeda dengan penyerbuan sebelumnya, serangan kali ini tak melulu bertujuan meluaskan wilayah kekuasaan. Tapi lebih dititikberatkan pada pencarian tawanan, yang nantinya dijadikan untuk persembahan kepada dewa.
Selain itu pertempuran dimanfaatkan untuk melatih tentara Aztec untuk menggempur wilayah yang terletak lebih jauh lagi. Bagi pasukan Aztec sendiri, penyerangan ke sejumlah negeri di sekitar lembah merupakan tugas suci, karena mereka bertempur demi para dewa.
Karena itulah Moctezuma menamakan serangkaian perang yang dikomandoinya itu sebagai Perang Bunga-Bunga. Seak itu kawasan sekitar lembah tak pernah sepi dengan peperangan antara Aztec dan masyarakat di Lembah Puebla. Dan baru berakhir ketika orang-orang Spanyol mendarat di sana memanfaatkan kondisi itu untuk menguasai Lembah Mexico.
Tapi Perang Bunga-Bunga itu kerap kali tumpang tindih dengan pertimbangan ekonomi dan strategi politik. Ini terlihat ketika pasukan Aztec menyerbu negeri-negeri kaya di kawasan tropis, yang justru menampung ribuan pengungsi ketika embah Mexico dilanda kelaparan.
Negeri-negeri tropis yang tersebar di kawasan Teluk Mexico itu kaya akan bulu hias, batu berharga, kapas dan kain warna warni. Semua itu merupakan benda-benda yang digemari oleh golongan bangsawan di Aztec.
Moctezuma memulai serangan ke Teluk Mexico dari arah tenggara. Korban pertama adalah Coixlahuaca, sebuah kota yang terkenal karena aktivitas perdagangannya, yang ditundukkan pada 1458. Kota ini memang menjadi pintu gerbang ke Mixtec - sebuah wilayah yang mewarisi peradaban kuno, komplet dengan perhiasan emasnya - sampai ke pelosok Guatemala.
Pasukan Moctezuma kemudian mengerahkan kekuatannya ke wilayah bagian timur. Mereka berhasil memaksa suku Huaxtex dan Totonac untuk membayar upeti. Setelah itu, bala tentara Aztec menyeberang ke negeri-negeri yang berada di balik pegunungan berapi. Serangan yang berlangsung sejak 1466 ini juga berkaitan dengan kepentingan ekonomi dan strategi politik.
Soalnya kota yang dijadikan sasaran adalah Tepeaca, yang menjadi pusat lalu lintas untuk wilayah timur da tenggara. Penyerahan upeti dan penaklukan tempat-tempat penting menunjukkan bagaimana kepentingan ekonomi juga menjadi faktor utama gerakan pasukan Moctezuma.
Pengorbanan Manusia
Moctezuma menjalankan taktik 'pukul dan tinggalkan' dalam meluaskan wilayah kekuasaanya. Ia tak meninggalkan sejumlah tentaranya di negeri yang berhasil ia tundukkan. Ia bahkan tak mengangkat seorang gubernur Aztec di wilayah itu. Moctezuma cuma meninggalkan seorang pejabat yang bertugas mengumpulkan upeti dan me
mastikan upeti itu dikirimkan ke Tenochtitlan.Di luar itu, suku Mexica dan sekutunya menghormati penguasa lokal. Mereka juga tak mengubah tradisi dan lembaga-lembaga yang ada di daerah yang bersangkutan. Mereka juga tak memaksakan penduduk setempat menyembah dewa-dewa suku Mexica. Mereka membiarkan masyarakat pendudukan menjalankan ritual yang dijalankan di sana. Tapi Moctezuma sama sekali tak mengizinkan daerah taklukannya itu membangun kekuatan bersenjata. Mereka hanya diizinkan untuk membentuk pasukan elite - yang berisi kstaria jaguar dan kstria elang - yang terlalu kecil untuk melakukan pemberontakan.
Kendati begitu pemberontakan toh terjadi di sejumlah tempat. Soalnya pengiriman upeti bukanlah hal yang mudah. Rombongan pengantar upeti itu harus berjalan ratusan kilometer. Perjalanan itu sendiri amat berat, karena harus naik turun gunung, melewati dataran rendah yang kering dan membekukan, menerobos hutan yang amat lebat dan amat sulit ditembus. Dan pada saat itu, kereta atau hewan pengangkut seperti kuda atau keledai belumlah dikenal. Hingga semua benda-benda upeti harus dipanggul oleh manusia. Dengan demikian tak heran kalau sejumlah penguasa lokal mencoba melepaskan diri dari genggaman kekuasaan Aztec. Tapi pemberontakan itu cuma melahirkan pembalasan yang brutal dan biasanya berakhir dengan hukuman upeti yang lebih besar.
Secara sadar Moctezuma menciptakan dua citra sekaligus ke hadapan daerah taklukannya. Wajah pertama adalah kekuatan menekan yang ditampilkan lewat kebengisan tentara. Sedang imej kedua, otoritas, dibangun lewat negosiasi dan teror.
Yang terakhir dijalankan secara sadis. Para penguasa daerah yang belum berada di bawah kekuasaan Aztec diundang untuk menghadiri pengorbanan manusia yang dilangsungkan di Tenochtitlan. Diterima secara mewah dan penuh hormat, tamu-tamu itu diajak menyaksikan bagaimana manusia - yang tak jarang saudara mereka sendiri yang menjadi tawanan perang - dipersembahkan kepada dewa-dewa kota Tenochtitlan. Mereka tak bisa menolak undangan tersebut, karena penolakan bakal segera diartikan sebagai pernyataan perang.
Tulang Punggung
Namun TA juga tahu bagaimana memelihara kerjasama dengan wilayah-wilayah yang dikuasainya di Lembah Mexico. Sebagai upah, rombongan pengantar upeti diberikan sebagian hasil rampasan perang. Rombongan yang datang dari wilayah yang lebih jauh mendapat perlakuan yang lebih istimewa, untuk menjaga loyalitas mereka. Lalu daerah-daer
ah yang berada di pinggir wilayah kekaisaran Aztec dipercaya untuk menjaga perbatasan. Sebagai imbalannya, mereka dibebaskan dari kewajiban membayar upeti.Kendati ada beberapa pengecualian, rombongan pembawa upeti seolah tak pernah terputus memasuki Tenochtitlan. Ibukota kekaisaran Aztec pun dipenuhi dengan berbagai benda yang pernah dihasilkan dan dipakai di zaman Mexico kuno. Puluhan ribu ton makanan, lebih dari 100 ribu pakaian yang dibuat dari kapas, lebih dari 30 ribu gulung bulu hias, dan sejumlah besar benda berharga mengalir ke Tenochtitlan setiap tahun.
Diawasi oleh petugas pengawas pajak lokal yang berada di titik keberangkatan, upeti yang dibawa dihitung dengan teliti. Mengenai perhitungan ini adpat ditemui di sejumlah manuskrip yang ditemukan para ahli sejarah Mexico.
Barang-barang itu digunakan untuk sejumlah keperluan. Pada masyarakat yang tak membedakan antara kerja dan ritual keagamaan, sebagian upeti dipakai untuk perayaan-perayaan agama. Sekedar informasi, Aztec mengenal lebih dari dua sampai tigaratus ritual kegamaan dalam setahun.
Sebagian lagi dipakai untuk membiayai administrasi pemerintahan, untuk membantu rakyat dan untuk menutup biaya yang dikeluarkan pada saat perang. Sisanya diputar lagi dalam perdagangan dan ditukar dengan berbagai jenis barang lainnya.
Pada setiap upeti terdapat sejumalh tenaga kerja. Dengan inilah Moctezuma membangun sejumlah proyek besar di ibukota Aztec, Tenochtitlan. Dengan demikian kekaisaran Aztec tumbuh seperti jaring laba-laba. Dan TA sebagai pusatnya. Jaringan itu kian kuat karena adanya perkawinan campuran, pertukaran jasa, dan ketergantungan satu daerah dengan daerah lain.
Tapi semua itu berjalan sangat fleksibel dan selalu disesuaikan dengan kondisi yang ada, karena penguasa di daerah-daerah itu tak menggunakan sarana transportasi dan ketentuan tertulis dalam menjalankan pemerintahan. Atau dengan kata lain, kekaisaran Aztec bukanlah pemerintahan yang amat terpusat dan bersifat totaliter.
Inijuga terlihat dari pembagian kekuasaan di pusat. Tenochtitlan, kendati menjadi kediaman Moctezuma, bukan satu-satunya kota yang menerima upeti. Texcoco, kota kediaman sekutunya, meneriam 40 persen dari jumlah upeti yang datang. Selain itu, pasukannya juga ikut bertempur dalam perluasan wilayah Aztec. Mereka menundukkan kota-kota sekitar dan kawasan di timur laut lembah Mexico, dan menerima upeti dari negeri-negeri yang ada di Teluk Mexico.
Selain itu, excoco juga memainkan peranan penting dalam budaya. Ini hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh Nezahualcoyotl, penguasa kota Texcoco. Ia dikenal sebagai ahli hukum - ia antara lain menghidupkan kembali sejumlah hukum yang berlaku pada era pemerintahan Quetzalcoatl, nenek moyang Toltec-nya - sebagai arsitek dan juga sebagai penyair.
Ia memiliki kharisma. Hingga disebut sebagai kerutunan pada dewa, hingga bersifat abadi, suatu sifat yang tak dimiliki oleh Moctezuma. Menurut salah seorang keturunannya Alva Ixtilxochitl, ia bahkan memiliki sifat ketuhanan, sang pencipta bumi dan surga. Dengan bangga Alva Ixtilxochitl menyebutnya sebagai 'raja yang paling berkuasa, paling cerdas dan paling bijak yang pernah ada di Dunia Baru'.
Dari Texcoco, bersamaan dengan meluasnya wilayah kekuasaan Aztec, lahir etika yang kompleks. Pada awalnya peraturan hidup itu muncul karena Moctezuma dan saudaranya Tlacelel menikmati fasilitas luar biasa yang membedakannya dengan penguasa dan aristokrat lainnya.
Dari sinilah kemudian disusun peringkat kebangsawanan seseorang. Tinggi rendahnya kebangsawanan diukur dari perhiasan dan pakaian. Kian mewah atau indah perhiasan yang dikenakan, makin tinggi pula status kebangsawanannya.

Dengan demikian, gelang, bulu hias, perhiasan emas, perhiasan batu berharga hanya boleh dipakai oleh kalangan bangsawan. Pakaian yang dibuat dari kapas dan panjang mantel diatur secara ketat. Setiap pelanggaran akan diganjar hukuman yang amat berat.
Pemakaian oakaian bagus dan perhiasan indah sama sekali tak ada kaitannya dengan penampilan seseorang. Pakaian dan perhiasan itu dipakai cuma untuk menegaskan status sosial, unut membedakan rakyat biasa dengan kalangan bangsawan. Rakyat hanya boleh mengenakan kulit kelinci dan anting-anting batu granit.
Kendati begitu, peraturan yang diterapkan secara ketat ini tak sama sekali tertutup. Pejuang perang yang amat menonjol keberaniannya dianugerahi kehormatan, yang ditandai dengan pemberian perhiasan, macam kalung yang terbuat dari tulang, dan bulu elang.
Atas sumbangan pemikiran Nezahualcoyotl pula, pada era pemerintahan Moctezuma I, serangkaian peraturan hukum diciptakan. Peratutan itu menetapkan sejumlah hukuman buat yang berbuat serong, mabuk atau mencuri. Hukuman itu akan lebih berat bila yang melakukan pelanggaran berasal dari kalangan bangsawan. Peraturan ini menegaskan kembali kalangan bangsawan yang terhormat seharusnya tak boleh menjadi contoh jelek bagi masyarakat. Namun peraturan ini hanya berlaku untuk mereka yang berasal dari Tenochtitlan dan Texcoco.
Pada 1465, Moctezuma melancarakan serangan lagi dan berhasil menaklukan Chalco, yang selama 20 tahun terakhir berusaha ditundukkannya. Tak lama kemudian, sekitar 1468, Moctezuma meninggal dunia. Kendati sejak awal pemerintahannya sudah diwarnai dengan kematian - bencana berkepanjangan yang menimpa kekaisaran Aztec, dan kemudian peperangan yang tak kunjung henti selama ia menjalankan pemerintahannya, Moctezuma dianggap sebagai Bapak Kekaisaran Aztec.
Tak lama lagi setelah Moctezuma I wafat, rekannya Nezahualcoyotl pun meninggal pada 1472. Tak ada lagi orang kuat di Aztec.
[Disadur dari majalah HAI 44/XVII 9 November 1993]
