Moctezuma tiba-tiba menjadi peragu. Sedang pasukan Spanyol jeli memanfaatkan perpecahan di kalangan suku Indian. Kekaisaran Aztec pun rontok. Suku Indian Mexico Kuno memiliki sebuah siklus waktu. Dalam konsep waktu itu aktivitas para dewa sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Artinya bila terjadi persinggungan kekuatan supranatural akan meninggalkan jejaknya pada kehidupan manusia. Pertemuan putaran aktivitas dewa dan manusia terjadi secara periodik. Sejumlah peristiwa berulang kembali ketika kekuatan para dewa datang mencampuri kegiatan manusia. Karen akonsep waktu itulah suku Indian Mexico Kuno dapat meramal masa depan. Tugas ini diserahkan kepada pendeta-pendeta yang sepanjang tahun mengecek sejumlah tanda yang muncul. Mereka ini mengamati seksama dan menafsirkan secara hati-hati peristiwa, ilham dan mimpi. Karena ketiganya menjadi sumber informasi yang berharga. Penafsiran hati-hati peristiwa-peristiwa, ilham dan mimpi dapat menghasilkan informasi yang berharga.
Moctezuma Ketakutan
Suku Indian sangat memperhatikan peristiwa-peristiwa yang dianggap mereka berasal dari luar kekuasaan manusia. Peristiwa itu menjadi istimewa karena berlangsung di luar kerangka ritual yang mengatur hubungan antara mereka dan para dewa. Dengan pola pemikiran seperti itu, dalam dekade sebelum bangsa Spanyol mendarat di bumi Mexico, mereka melihat banyak sekali tanda-tanda yang membuat mereka punya alasan untuk cemas. Sekitar sepuluh tahun sebelum armada Spanyol berlabuh, mereka melihat komet besar melintas di langit Mexico. Para pendeta gagal menafsirkan gejala alam ini. Moctezuma, yang mulai dihinggapi rasa takut, melampiaskan rasa takutnya itu dengan menghukum mati seluruh juru tafsir yang dipanggilnya, dengan cara membiarkan mereka mati kelaparan. Nezahualpili, penguasa Texcoco, yagn dianggap memiliki kekuatan supranatural, mengartikan peristiwa itu sebagai tanda bakal datangnya sebuah bencana yang akan menghancurkan kekaisran Aztec. Sewaktu Nezahualpili wafata tahun 1515, ia meninggalkan Moctezuma yang bingung dan cemas. Beberapa kejadian lainnya membuat penguasa Aztec itu kian ketakutan. Kuil Toci, dewi yang amat dipujanya, dilanda kebakaran. Air dananu bergolak dan menimbulkan gelombang besar. Padahal pada waktu itu tak ada hujan dan angin. Ketika malam turun, terdengar suara-suara aneh yang mengumandangkan kematian dan kehancuran. Tak tahan dihantui rasa takut, Moctezuma II pernah memutuskan untuk berlindung di Cincalco [surga dalam konsep Indian Mexico]. Pada saat-saat terakhir ia urung melakukan hal itu karena dicegah oleh penasehatnya. Menyaksikan kepanikannya, terbukti Moxtezuma adalah manusia biasa. Ketika dihadapkan pada situasi yang tak diketahuinya, ia meminta seluruh mimpi dan ilham yang diterima para pendeta ditafsirkan, sehingga ia memperoleh kejelasan tanda-tanda alam yang menyiksa dirinya. Memang agak sulit dipercaya kedatangan bangsa Spanyol sama sekali tidak diketahui oleh masyarakat Aztec. Padahal pada 1492, bangsa Spanyol sudah bermukin di Hispaniola dan Kuba, dan kemudian menguatkan diriya di pantai Venezuela dan Panama. Selama sekitar 20 tahun terakhir armada bangsa Eropa telah mondar mandir dari pulau-pulau dan sebagian pantai Benua Amerika. lagipula bila ada kapal karam, kano-kano suku Indian suka memergoki kapal bangsa Spanyol. Pada 1517, sebuah ekspedisi bangsa Spanyol menyentuh Pantai Yuucatan dan wilayah Campeche. Tahun berikutnya di bulan Mei, sebuah ekspedisi lainnya meninggalkan Kuba dan memasuki Teluk Mexico sampai ke Veracruz, sebelum berhenti di mulut Sungai Panuco. Di mata suku Indian, kedatangan bangsa Spanyol ini amat ganjil dan mereka menebak=nebak apa alsan di belakang invasi yang mendadak itu. Laporan yang sampai ke Moctezuma adalah sebuah gunung bergerak mengelilingi perairan Teluk Mexico. Merka telah melihat kapal bangsa Spanyol. Masalahnya sekarang adalah apakah gunung itu merupakan kembalinya dewa Quetzalcoatl dan para pengawalnya. Sekadar informasi, di tengah masyarakat Aztec hidup hikayat yang menuturkan Kekaisaran Tula runtuh bersamaan dengan menghilangnya Quetzalcoatl, Sang Ular Berbulu Tebal. Tapi pendeta setengah dewa itu suatu waktu akan kembali dari arah timur, sesuai dengan perputaran waktu. Legenda itu menguat kembali ketika bangsa Barat datang ke Wilayah Aztec. Dan Moctezuma II lebih banyak bersikap pasrah: Bagaimana ia dapat mempertahankan kekuasaan yang diwarisi oelh Quetzalcoatl kalau Quetzalcoatl sendiri datang untuk mengambilnya kembali?
Menjadi Peragu
Selama bertahun-tahun Moctezuma II menempatkan sejumlah orangnya di sepanjang pantai untuk mengamati kembalinya mereka yang mungkin saja para dewa di bawah tuntuntan Quetzalcoatl. Ia sadar kedatangan Sang Ular Berbulu Tebal akan berakibat fatal terhadap para penyembah Huitzilopochtli. Dengan segala cara, ia berusaha menyelesaikan persoalan kedatangan kaum kulit putih itu. Soalnya bila ia membiarkan masalah begitu saja, maka dugaan masyarakat tentang kedatangan Sang Ular Bebulu Tebal akan menguat. Moctezuma II memutuskan cara terbaik menghadapi mereka adalah dengan memberikan hadiah-hadiah kepada para 'utusan dewa' itu. Maka ketika mengetahui pada April 1519 ada sebuah kapal melego jangkar tak jauh dari Veracruz, Mocteauma segera memberikan suplai makanan dan mengirimkan utusan untuk mencari tahu apa maksud kedatangan mereka. Ia memerintahkan agar para pendatang itu dihadiahi berbagai perhiasan, kerajinan bulu dan tentu saja pengorbanan manusia. Kendati merasa jijik dengan pengorbanan manusia, bangsa Spanyol memutuskan berhenti beberapa kilometer dari pantai. Moctezuma kemudian mengubah kebijakannya dan melakukan tindakan perlawanan dengan melepas dukun-dukun terbaiknya untuk menenung bangsa asing itu. Sebenarnya Moctezuma tak merasa pasti apa yang harus dilakukannya. Apakah ia harus menerima pendatang itu sebagai utusan dewa dan menerimanya dengan penuh hormat dan menawarkan kerjasama sebaik mungkin, atau sebagai musuh berat dan dengan segala cara berusaha mengusir bangsa Spanyol itu. Menurut para ahli sejarah, sikap ragu-ragu yang hinggap pada panglima perang dan penguasa tertinggi Aztec itu datang dari dirinya sendiri. Jauh di lubuk hatinya, Moctezuma percaya masa kejayaanny atelah berakhir. Hal ini menjelaskan mengapa sikapnya sering berubah-ubah, dari titik pasrah ke titik perlawanan. Dan kegamangan itu sudah tampak bahkan sebelum terjadi konfrontasi dengan bangsa Spanyol. Keyakinan Moctezuma dengan guratan nasibnya itu makin kuat karena ternayata bangsa Spanyol tak bisa ditembus dengan teluh yang dikirimkan dukun-dukun terbaiknya. Bangsa Spanyol terus mendekati Tenochtitlan. Ketika mencapai wilayah dataran tinggi, bangsa mereka memasuki wilayah yang dikuasai oleh suku Tlaxcala. Pada awalnya mereka disambut dengan perlawanan dari penduduk setempat karena dikira sekutu baru Moctezuma. Tapi setelah terkesima dengan kekuatan senjata api dan ketangguhan bangsa Spanyol, suku Tlaxcala segera memutuskan untuk mendukung bangsa asing itu melawan Triple Alliance.
Serangan Mendadak
Pemimpin armada Spanyol itu, Hernan Cortes jeli memanfaatkan situasi tersebut. Ia menjalin kerjasama dengan suku-suku yang memberontak terhadap kekaisaran Aztec. Bangsa Spanyol akhirnya di terima dengan penuh keramahan di Tlaxcala. Hernan Cortes memutuskan beristirahat di sana, sekaligus mencari tahu kondisi terakhir peta politik di datara
n tinggi Mexico. Setelah itu, Hernan Cortes cs. bergerak lagi, dan berhenti di Cholula, yang pada saat itu menjadi sekutu Triple Alliance. Penduduk setempat dikagetkan dengan keberingasan tentara Spanyol yang membantai habis penguasa mereka. Pasalnya par apetinggi itu diduga berkomplot untuk menyerang pasukan Spanyol. Setelah menundukkan Cholula, merek abergerak lagi menuju Chalco. Di sini mereka diterima dengan keramahan dan diberikan berbagai macam hadiah. Mereka bahkan mendapatkan dukungan dari suku Chalco untuk melawan Aztec, suku yang menundukkan mereka pada zaman Moctezuma I. Kembali bangsa Spanyol melanjutkan invasinya. Kali ini mereka mencapai Coyoacan, yang menjadi pintu gerbang ke lembah Mexico. Di sini mereka disambut dengan dukungan suku Tenapec yang juga bernafsu untuk menundukkan Aztec. Suku Chalca, Tlaxcala dan Tenapec, semuanya haus untuk melakukan balas dendam kepada Aztec. Jalan terbuka lebar buat bangsa Spanyol. Selain itu Cortes tahu betul apa yang menjadi kelemahan pemerintahan Aztec. Dalam persenjataan, Aztec kalah jauh dengan kekuatan pasukannya. Moctezuma juga selalu diliputi keraguan. Dan terakhir, ia bisa memanfaatkan kebencian suku-suku yang selama ini berada di bawah pengawasan Aztec. Hernan Cortes lantas melihat kemungkinan membentuk konfederasi suku Indian untuk melawan suku Aztec. Setelah membangun kota pertama Spanyol di Veracruz, Hernan Cortes dipilih oleh dewan perwakilan [yang sebenarnya pasukannya sendiri] dan mendapat kekuatan administratif, hukum dan militer untuk menaklukkan dan memerintah Aztec. Langkah selanjutnya yang dilakukan Cortes adalah menenggelamkan seluruh kapalnya, hingga anak buahnya tak bisa melarikan diri mau tak mau harus menetap di kawasan musuh. Pada saat yang sama Moctezuma, yang selalu berubah-ubah sikapnya itu, memanggil penguasa Texcoco dan Tacuba untuk menyelenggarakan pesta penerimaan yang meriah. Seluruh pemuka masyarakat dan pangeran diundang untuk menghadiri kedatangan bangsa Spanyol. Moctezuma yang dikelilingi oleh pembantu-pembantunya dan sejumlah besar budak yang membawa barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada dewa, datang menemui Cortes. Moctezuma mengalungkan kalung emas dan batu berharga di leher Cortes. Ia juga memberikan karangan bulu yang indah. Kemudian keudanya masuk ke dalam kuil yang ada di dekat situ. Di dalam kuil telah menunggu pembesar TExcoco dan Tacuba. Segera setelah Hortes masuk, mereka menyembahnya seperti mereka menyembah dewa Huitzilopochtli. Moctezuma kemudian berpidato. Dalam pidato selamat datang itu ia menyebut dirinya sebagai wakil 'ayahnya', dewa Quetzalcoatl, di dunia. Cortes menjawab ia datang ke tanah Mexico sebagai utusan seorang kaisar yang menguasai sebagian besar dunia, dan atas nama Tuhan YME. Dari upacara penyambutan itu, jelas terlihat sang penguaza Aztec dan pemimpin pasukan Spanyol tak memegang aturan main yang sama. Yang pasti, Moctezuma menunjukkan sikap tunduk kepada Cortes. Prosesi kemudian dilanjutkan di Tenochtitlan. Pasukan Spanyol disambut para pendeta, suara terompet dan gemerincing kulit kerang. Pendek kata meraih. Moctezuma sama sekali tak mengira Cortes telah menyusun strategi sendiri. Setelah ia dan anak buahnya ditempatkan di Istana Axayacatl, mereka segera menyergap Moctezuma dan pembesar lainnya dan diawasi secara ketat. Tapi itu baru permulaan. Atas anjuran sejumlah penasehatnya, Cortes merencanakan sebuah serangan mematikan secepat mungkin. Hingga Aztec tak sempat menyiapkan kekuatan pasukannya. Saat penyerangan lantas ditentukan, yakni ketika pasukan Spanyol diminta menghadiri ritual penghormatan terhadap Huitzilopochli. Pada saat itu hampir semua pemuka Aztec berkumpul. Dengan demikian mereka tak perlu membuang banyak tenaga. Dikabarkan saat itu pasukan Spanyol berhasil membunuh hampir 10.000 kaum bangsawan Aztec. Segera setelah itu, giliran para penguasa dilenyapkan. Moctezuma ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Kemudian ia dibuat cedera oleh orangnya sendiri [konon ini merupakan siasat agar Moctezuma tak dihukum mati oleh pasukan Spanyol]. Cacamatzin, penguasa Texcoco, dan gubernur Tlatelolco digantung oleh bangsa Spanyol. Serangan Balasan
Tapi para ptinggi Aztec yang berhasil menyelamatkan diri tak langsung menyerah. Mereka sebaliknya terbakar untuk mengusir orang-orang asing itu. Mereka pertama kali dipimpin oleh Cuitlahuac, dan kemudian digantikan oleh Cuauhtemoc. Pejuang Aztec mengurung istana-istana yang didiami oleh bangsa Spanyol dengan tujuan membunuh mereka semua. Namun Hortes cs. berhasil lolos dari lubang jarum. Pada 30 Juni 1520, mereka berhasil meloloskan diri dari kepugan pejuang Aztec. Malam itu memang gelap total, bulan tak muncul dan hujan turun lebat. Kendati menderita kekalahan besar, mereka berhasil menyeberangi danau dan selamat sampai di daratan. Melihat bangsa Spanyol kucar kacir dan lari ke daratan, pejuang Aztec mengira mereka telah berhasil mengusir bangsa Spanyol untuk selamanya. Dikisahka
n Cortes menangis ketika mengetahui berapa banyak ia kehilangan anak buahnya. Tapi Cortes tak mau begitu saja menyerahkan Tenochtitlan yang sempat digenggamnya itu. Ia menuyusun strategi baru. Ia menyerang Otumba, kota yang membuka rute ke Tlaxcaca. Di kota itu ia membantai habis pejuang Aztec. Setelah mencapai Tlaxcala, Cortes menyiapkan penyerangan besar-besaran ke ibukota Aztec. Sekali lagi ia memanfaatkan perpecahan yang terjadi di kalangan suku Indian. Panglima perlawanan suku Aztec, Cuauhtemoc gagal menyatuka seluruh suku Indian untuk melawan bangsa Spanyol. Suku Texcoco, Chalca dan Tepanec - yang pernah dipermalukan oleh penguasa Tenochtitlan, berpihak ke bangsa Spanyol. Boleh dibilang keruntuhan Triple Alliance terjadi karena persaingan yang ada di antara para penguasa Indian. Sebaliknya suku Indian sendiri terlalu lugu ketika dihadapkan pada kelicikan bangsa Spanyol. Yang paling telak adalah suku Tlaxcala yang percaya betul bangsa Spanyollah yang membantu mereka untuk melenyapkan Aztec. Mereka tak pernah menyangka mereka akan menjadi korban berikutnya. Dengan bantuan suku Chalca, Texcoco dan Tepanec, Cortes mengepung kota Tenochtitlan selama tiga bulan penuh. Tapi untuk menundukan penjuang Aztec, ia tetap harus bekerja keras. Sejumlah penyerangan dilangsungkan ke Tenoctitlan. Padahal waktu itu penduduk Tenochtitlan telah diserang kelaparan dan wabah penyakit. Tenochtitlan jatuh pada 13 Agustus 1521. Menurut cerita sejarah, hampir semua bangsawan Aztec menemui Aztec. Yang tersisa cuma sejumlah bangsawan dan yang sebagian besar masih anak-anak atau masih sangat muda. Cuauhtemoc, kaisar terakhir Aztec, ditangkap dan dibiarkan hidup untuk beberapa waktu, tapi kemudian digantung dengan tuduhan menggalang pemberontakan. Kekaisaran Aztec telah runtuh. Cortes memusatkan pikirannya untuk membangun kembali Tenochtitlan dan mengangkat dirinya sebagai gubernur Spanyol Baru pada 1522. Tentara Conquistador [Penakluk] itu menggantikan Triple Alliance. Tak ada lagi pergeseran koalisi. Persenjataan, taktik dan enerji Spanyol memang memegang peran penting dalam penaklukan Tenochtitlan. Tapi mereka juga tak bisa melupakan peran penduduk asli yang berkoalisi dengan mereka. Mudah ditebak, sejumlah bangsawan Indian kecewa dengan pendudukan bangsa Spanyol di negeri mereka. Beberapa pemberontakan muncul. [disadur dari Majalah HAI 45/XVII 16 November 1993]
