AZTEC MENAKLUKKAN DUNIA
Inilah periode paling berdarah dalam sejarah Aztec. Ribuan manusia dikorbankan hanya untuk peresmian Kuil Agung. Dan ketika bertempur, pasukan Aztec tak pernah Menyisakan tawanan perang .
Kematian dua tokoh penentu, Moctezuma dan Nezahuatcoatl, yang telah bersekutu ini, menyebabkan predikat Triple Alliance ikut terkubur. Apalagi setelah itu kekaisaran Aztec dipegang oleh orang-orang yang lemah.
Di tangan mereka, wibawa Aztec melorot cepat. Pemberontakan terjadi di berbagai tempat. Krisis paling serius pada 1973. Pada tahun itu, Tlatelolco, kota niaga di Mexico, memberontak terhadap kekuasaan pust di Tenochtitlan. Para ahli sejarah menduga penguasa di kota niaga itu tak lagi merasa cukup dengan pembagian upeti dan sudah merasa bosan di bawah naungan Tenochtitlan.
Namun, Axayacatl, pengganti Moctezuma, mempu mematahkan perlawanan di kota dagang itu, sekaligus mengetatkan kontrol. Namun Axayacatl membiarkan penduduk Tlatelolco yang terkenal aktif berdagang berkelana ke pelosok Mexico. Hingga Tlatelolco tetap menjadi pusat perdagangan emas, perak, batu berharga, tembakau, budak dan sebagainya saat bangsa Spanyol mendarat di Mexico.
Pemerintahan Teror
Axayacatl merasa ketagihan dengan kemenangan itu. Ia lalu mencoba kekuatan pasukanya dengan meyerang ke kawasan di barat dan barat laut. Namun rentetan penyerangan yang dilakukannya selalu menemui kegagalan. Suku Tarascan yang berdiam
di Michoacan ternyata bukan lawan yang enteng. Pengganti Axayacatl, Tizoc, juga tak lebih baik. kaisar ini memegang kekuasaan cuma sebentar dan kemudian meninggal. Kembali pemberontakan meruyak di berbagai tempat.
Ia digantikan ole Ahuitzotl pada 1486 dan langsung memimpin penyerangan ke sejumlah provinsi yang melakuakn pemberontakan. Berbeda dengan dua pendahulunya, gelombang penyerangan yang dilakukan Ahuitzotl berfungsi ganda. Selain utnuk menumpas pemberontakan, ia juga mencari tawanan perang untuk diserahkan kepada kaum pendeta untuk dikorbankan kepada para dewa. Soalnya pembangunan Kuil Agung, yang dikerjakan sejak zaman Moctezuma I sudah mendekati penyelesaian dan harus diresmikan dengan pergorbanan besar-besaran.
Ahuitzotl menerjemahkan kata 'besar-besaran' dalam arti sesungguhnya. Beberapa sumber sejarah menyebutkan 80.400 manusia dikorbankan dalam peresmian Kuil Agung yang langsung empat hari. Kendati angka ini terlalu dibesar-besarkan, tapi memang dapat dipastikan ribuan manusia dikorbankan dalam dalam peresmian yang dilakukan pada 1487. Tawanan perang berbaris dari utara dan selatan, timur dan barat, menuju ke arah pusat kota.
Ahuitzotl membuka ritual pengorbanan itu. Dikelilingi para penguasa suku Texcoco dan Tacuba, di puncak Kuil Agung ia menghunjamkan pedangnya ke dada seorang tawanan. Ia melakukan itu berulang kali. Setelah ia bosan, sejumlah pendeta meneruskan pembantaian. Situasi itu sangat mengerikan dan mencekam. Di sekeliling kuil para pembantai menari dan bernyanyi bersama. Mereka sama-sama mengenakan perhiasan yang menyimbokan pemujaan terhadap dewa. Darah mengalir di dinding dan tangga kuil yang berbentuk piramid itu. Bau menyengat yang keluar dari mayat dan potongan tubuh korban merebak ke sekeliling kuil. "Dalam sejarah umat manusia, tak ada yang bisa menandingi pembantaian massal ini", tulis Alva Ixlilxochitl, seorang pengamat sejarah, satu abad setelah bangsa Spanyol mendarat di Mexico.
Ada ada beberapa alasan mengapa suku Aztec seolah menjadi masyarakat yang terobsesi oleh darah. Faktor paling utama adalah mereka amat takut terhadap para dewa dan kosmos kehidupan mereka. Dalam kepercayaan suku Aztec, para dewa dan dunia itu tak bersifat abadi. Karena itulah mereka selalu menyediakan makanan kepada dewa dan mnyuntikkan energi kepada dunia hingga segar kembali. Pengorbanan itu juga untuk menjamin datangnya hujan dan kesuburan tanah.
Pada saat upacara berlangsung baik pendeta dan korban muncul dengan sejumlah atribut yang melambangkan kekuatan para dewa. Dan memang di mata masyarakat Aztec, pada saat itu mereka menjlma menjadi dewa. Tawanan perang yang dikorbankan bukan cuma tawanan perang. Mereka sudah menyatu dengan dewa.
Pengorbanan besar-besaran itu melambangkan sumber vital energi yakni 'air berharga', dalam hal ini darah. Menurut masyarakat Aztec, kosmos membutuhkan hal itu. Dan agar kosmos terus bekerja, kebutuhan energinya harus disuplai secara teratur melalui ritual yang diatur sampai ke menit-menitnya.
Pembantaian manusia secara massal itu juga berfungsi sebagai instrumen pemerintahan. Penguasa Aztec menggunakan sistem teror dalam menjalankan pemerintahannya. Dan pada saat yang sama, pembantaian juga cara untuk melenyapkan musuh yang paling berbahaya, yaitu para pemimpin dan para pejuangnya pihak musuh.
Dalam satu sisi, masyarakat Mexica kuno adalah masyarakat 'visual'. Kekuasaan diekspresikan dan dipamerkan bukan melalui birokrasi yang rumit dan kompleks, tapi melalui pameran kekuatan sang penguasa. Dengan kata lain, masyarakat Aztec melakukan semua itu untuk mengokohkan keberadaan mereka di Lembah Mexico. Pembinasaan ratusan jiwa manusia, pada satu sisi, adalah bentuk kekuasaan yang ditunjukkan bagi masyarakat jajahan dan masyarakat sekitar.
Perebutan Pengaruh Selain pembunuhan besar-besaran, pesta hura-hura dalam skala yang sama juga dilangsungkan. Seluruh upeit yang diterima dalam satu tahun dihabiskan pada waktu itu. Dalam masyarakat Azrec, perang, upeti dan pengorbanan manusia merupakan tiang-tiang penyangga sebuah sistem yang menghubungkna antara pemerintahan manusia dengan regenerasi kosmos.
Tujuan ganda - meluaskan wilayah kekuasaannya dan penyediaan makanan untuk pada dewa - menyebabkan Ahuitzotl melakukan ekspansi tiada henti. Gelombang penyerangan kembali dilakukan dengan frekuensi yang meningkat. Serangan pertama kali dilakukan ke arah selatan, menuju negeri-negeri panas di tepi Lautan Pasifik.
Penduduk di wilayah itu berhasil ditundukkan. Mereka diminta mengembangkan perkebunan coklat, komoditi berharga yang dikhususkan untuk para bangsawan, dan menjaga batas-batas negeri dari ancaman Tarascan yang ganas.
Ahuitzotl terus bergerak meluaskan wilayah kekuasaannya. Antara 1491 dan 1495, ia menaklukkan sejumlah negeri yang berada di tepi pantai Pasifik. Salah satunya Oaxaca, provinsi yang sudah dicoba ditaklukkan pada zaman pemerintahan Moctezuma. Provinsi itu mendatangkan emas, kapas dan coklat ke Lembah Mexico.
Lebih ke selatan, kota Zapotec yang didiami suku Tehuantepec menjadi sasaran berikutnya. Untuk menaklukkan pusat perdagangan penting ini, Ahuitzotl menyipakan ekspedisi yang paling jauh, yang menyebabkan persoalan-persoalan logistik, administrasi dan koordinasi pasukan yang tak terpikirkan sebelumnya, muncul.
Kebetulan pada 1500, suku Tehuantepec meminta bantuan Ahuitzoatl untuk melindungi mereka dari ancaman Soconusco, suku yang berdiam di wilayah yang sekarang ini menjadi perbatasan Guatemala. Dari Mexico City, jaraknya lebih dari seribukilometer. Bagi Ahuizotl ini merupakan penyerangan yang paling sulit. Ia bukan saja harus menyiapkan persediaan makanan dalam jumlah besar untuk pasukannya, tapi juga karena pemimpin Tacuba dan Texcoco tak mau terlibat penyerangan ini. Toh ia tak saja berhasil melindungi suku Tehuantepec, tapi juga mampu menundukkan Soconusco. Karena sepak terjangnya itu, kekuatan militer memang lebih banyak berada di tangan Ahuitzotl ketimbang sekutunya. Nezahualpili, yang memimpin kota Texcoco.
Ahuitzotl menghentikan gerak ekspansinya di sini. Soalnya ia tak memiliki pasukan lagi. Laskar lain sedang bertempur di garis pertempuran yang lain, seperti Puebla, Huexotzingo dan Tlaxcala. Walau ketiga negeri itu telah ditundukkan, ia harus menempatkan pasukkannya di sana untuk memelihara kemenangan.
Selain itu juga harus memperhatikan pertambahan jumlah penduduk di negerinya sendiri. Artinya ia harus meningkatkan produksi pertanian. Ahuitzotl lalu membangun sejumlah proyek irigasi berskala raksasa. Ia mengalirkan sumber-sumber air tawar ke arah danau. Tapi pembangunan yang ambisius itu berakhir dengan kegagalan.
Pada 1500, sebuah banir besar melanda Tenochtitlan. Rumah-rumah berikut kebun-kebunnya hancur, dan terpaksa ditinggalkan para bangsawan yang memilikinya. Ahuitzotl terpaksa meminta saran sekutunya, Texcoco. Nezahuapili, putra Nezahualcoyotl yang bijak itu, mengusulkan agar Ahuitzotl menghancurkan saluran-saluran air yang dibangunnya. Selain itu untuk menyenangkan hati para dewa yang murka, Nezahualpili menasehatkan agar Ahuitxotl melangsungkan sejumlah upacara meminta maaf kepada para dewa. Akhirnya Ahuitzotl, yang ahli strategi perang harus tunduk karena kebijakan Nezahualpili. Air pun menyurut dan Ahuitzotl memutuskan untuk membangun kembali ibukotanya.
Kelompok-kelompok peerja pun didatangkan dari seluruh kota yang ada di Lembah Mexico. Mereka inilah yang membangun istana-istana indah yang semarak dengan cat-cat warna cerah dan taman-taman hijau. Di pinggiran kanal ditanam pohon-pohon rindang. Bendungan diperkuat. Pendek kata Tenochtitlan muncul dengan wajah sumringah, yang menyiratkan kekayaan dan kebesaran kekaisaran Aztec.
Namun kekuasaan Ahuitzotl tak sekuat dulu. Bencana banjir itu dimanfaatkan oelh Nezahualpili untuk menunjukkan bahwa ia memiliki kekuatan supranatural yang tak bisa dipandang enteng oelh Ahuitzotl. Kendati pun yang terakhir ini memegang supremasi militer.
Nezahualpili berhasil naik ke posisi yang dipegang ayahnya dulu. Ia lantas dikenal sebagai orang yang berpengetahuan luas dan memiliki sejumlah kekuatan magis. ia misalnya, telah mendapat 'petunjuk' bahwa 'putra-putra matahari [bangsa Spanyol] bakal datang ke negeri mereka. Ia juga diyakini tak pernah mati. Ia menghilang di sebuah gua misterius.
Tapi sebenarnya kehidupan keluarganya tak terlalu menggembirakan. Ia terpaksa mengeksekusi permaisurinya, karena tak mematuhi peraturan yang ditetapkannya. Ia memiliki tak kurang dari 2000 gundik yang memberinya 144 anak. Pada masyarakat Aztec, perkawinan poligami hanya boleh dilakukan oleh kaum bangsawan. Tapi untuk keluarga kerajaan, boleh dibilang tak asa batasan istri yang bisa dimiliki, karena keluarga kerajaan dikatakan mempunyai sifat-sifat dewa.
Perubahan Strategi
Mempertahankan, kata orang, lebih sulit ketimbang merebut. Itu agaknya yang berlaku bagi Ahuitzotl. Ia memang berhasil meluaskan wilayah kekuasaan Aztec. Tapi tak mempunyai jaringan yang kuat untuk mempertahankan koloni yang telah dikuasainya. Ia cuma bersandar pada loyalitas penguasa lokal.
Akibatnya, sedikit d
emi sedikit, wilayah kekuasaannya, terutama yang berada jauh dari pusat pemerintahan, lenyap dicomot oleh kerajaan besar lainnya. Misalnya yang terjadi di Lembah Puebka. negeri Tlaxcala dan Huexotzingo melepaskan diri dari kontrol Tenochtitlan. Di wilayah timur laut dan barat daya, suku Tarascan siap menghentikan gerakan pasukan Aztec.
Karena tak ada kontrol, timbulnya pemberontakan selalu ada. Akhirnya perluasan wilayah kekuasaan justru menyebabkan munculnya lingkaran setan. Pembangunan dan pertambahan penduduk yang berlangsung di Lembah Mexico menyebabkan naiknya kebutuhan dan permintaan.
Namun penguasa Aztec juga yakin bahwa kekuatan kekaisaran amat bergantung pada upeti. Dengan kata lain, mereka harus terus melakukan ekspansi untuk mempertahankan kejayaannya. Tapi kian hari penyerangan yang dilakuakn makin jauh jarakanya. Hingga keselamatan pasukan kian terancam, dan biaya perang makin melonjak.
Dalam kondisi seperti itulah Ahuitzotl meniggal. Ia digantikan oleh Moctezuma II. Amat percaya dengan firasat dan kekuatan supranatural, Moctezuma II amat religius. Ketaatannya pada religi hanya bisa ditandingi dengan kecintaannya pada kekuasaan. Moctezuma II naik tahta pada 1502. Ia langsung mengambil langkah-langkah radikal dalam perekrutan menter-menteri pemerintahan. Semua pejabat yang diangkat oleh Ahutzotl, pamannya, dilenyapkan. mereka digantikan oleh sejumlah anak muda yang diambil dari keluarga terbaik. Dengan demikian lingkaran kekuasaan makin dimonopoli kaum bangsawan. Sedang etiket di kalangan kerajaan pun makin ketat.
Di bawah Moctezuma II, memang berubah. Kekuasaan berusaha dikembalikan ke tangan kaum bangsawan dan pemuka agama. Pada saat itu dua golongan masyarakat itu telah resah dengan makin besarnya pengaruh kaum pedagang terhadap jalannya roda pemerintahan yang meuncul karena perluasan wilayah kekaisaran Aztec.
Sedang untuk dunia luar, Moctezuma II menggunakan seluruh kekuatan militernya utnuk menguasai dan mengontrol wilayah-wilayah yang belum ditaklukkan. Para pendahulunya seringkali meninggalkan lubang-lubang, yang menyebabaklan antaran upeti kerap lenyap di perjalanan.
Moctezuma II melakukan penyerangan ke selatan dan Pasifik untuk menundukkan suku Yopis. Ini untuk meloncat ke suku Tutunepec, suku yang cukup berkuasa di wilayah itu. Lalu ke arah utara untuk menundukkan suku Metztitlan. Hasil penyerangan itu beragam. Tutunepec masih bisa mempertahankan sejumlah teritorinya. Sedangkan Yopis mampu ditaklukkan total. Lalu Metztitlan kehilangan sejumlah posisi kunci. Moctezuma II juga berusaha memperkuat cengkramannya di provinzi Oaxaca. Caranya dengan menyerbu kota-kota di sana secara mendadak dan membantai seluruh penduduknya. Ia menganggap dengan membunuh seluruh populasi yang ada, ia menghilangkan ancaman pemberontakan, juga sekaligus menjamin kelancaran aliran upeti ke Tenochtitlan.
Moctezuma seperti tak terhentikan. Ia menyerbu suku Huexotizingo dan Tlaxcala, yang berdiam di balik pegunungan berapi yang mengelilingi Lembah Mexico. Sebenernya Moctezuma I telah mencoba menundukkan kedua suku ini, namun gagal. Ia hanya berhasil memutus jalur perekonomian kedua negeri itu. Moctezuma II menyerbu Huexotizingo antara 1508 dan 1513. Sedang Tlaxcala diserang pada 1515. Tapi upayanya itu tak terlalu berhasil. Namun di masa pemerintahan Moctezuma II, kekaisaran Aztec telah menguasai wilayah seluas hampir 200.000 km persegi yang dihuni beberapa juta manusia. Sedang Tenoctitlan sudah menjadi kota besar. Penduduknya menigkat dua kali lipat, dari 150 ribu menjadi 300 ribu jiwa.
Moctzuma II boleh dibilang kaisar paling berhasil dalam sejarah Aztec. Tapi pada masa pemerintahannyalah bangsa Spanyol mendarat di Mexico. Mampukah ia menahan gerakan 'putra-putra matahari ' itu?
[Disadur dari Majalah HAI 44/XVII 9 November 1993]
Inilah periode paling berdarah dalam sejarah Aztec. Ribuan manusia dikorbankan hanya untuk peresmian Kuil Agung. Dan ketika bertempur, pasukan Aztec tak pernah Menyisakan tawanan perang .
Kematian dua tokoh penentu, Moctezuma dan Nezahuatcoatl, yang telah bersekutu ini, menyebabkan predikat Triple Alliance ikut terkubur. Apalagi setelah itu kekaisaran Aztec dipegang oleh orang-orang yang lemah.
Di tangan mereka, wibawa Aztec melorot cepat. Pemberontakan terjadi di berbagai tempat. Krisis paling serius pada 1973. Pada tahun itu, Tlatelolco, kota niaga di Mexico, memberontak terhadap kekuasaan pust di Tenochtitlan. Para ahli sejarah menduga penguasa di kota niaga itu tak lagi merasa cukup dengan pembagian upeti dan sudah merasa bosan di bawah naungan Tenochtitlan.
Namun, Axayacatl, pengganti Moctezuma, mempu mematahkan perlawanan di kota dagang itu, sekaligus mengetatkan kontrol. Namun Axayacatl membiarkan penduduk Tlatelolco yang terkenal aktif berdagang berkelana ke pelosok Mexico. Hingga Tlatelolco tetap menjadi pusat perdagangan emas, perak, batu berharga, tembakau, budak dan sebagainya saat bangsa Spanyol mendarat di Mexico.
Pemerintahan Teror
Axayacatl merasa ketagihan dengan kemenangan itu. Ia lalu mencoba kekuatan pasukanya dengan meyerang ke kawasan di barat dan barat laut. Namun rentetan penyerangan yang dilakukannya selalu menemui kegagalan. Suku Tarascan yang berdiam
di Michoacan ternyata bukan lawan yang enteng. Pengganti Axayacatl, Tizoc, juga tak lebih baik. kaisar ini memegang kekuasaan cuma sebentar dan kemudian meninggal. Kembali pemberontakan meruyak di berbagai tempat.Ia digantikan ole Ahuitzotl pada 1486 dan langsung memimpin penyerangan ke sejumlah provinsi yang melakuakn pemberontakan. Berbeda dengan dua pendahulunya, gelombang penyerangan yang dilakukan Ahuitzotl berfungsi ganda. Selain utnuk menumpas pemberontakan, ia juga mencari tawanan perang untuk diserahkan kepada kaum pendeta untuk dikorbankan kepada para dewa. Soalnya pembangunan Kuil Agung, yang dikerjakan sejak zaman Moctezuma I sudah mendekati penyelesaian dan harus diresmikan dengan pergorbanan besar-besaran.
Ahuitzotl menerjemahkan kata 'besar-besaran' dalam arti sesungguhnya. Beberapa sumber sejarah menyebutkan 80.400 manusia dikorbankan dalam peresmian Kuil Agung yang langsung empat hari. Kendati angka ini terlalu dibesar-besarkan, tapi memang dapat dipastikan ribuan manusia dikorbankan dalam dalam peresmian yang dilakukan pada 1487. Tawanan perang berbaris dari utara dan selatan, timur dan barat, menuju ke arah pusat kota.
Ahuitzotl membuka ritual pengorbanan itu. Dikelilingi para penguasa suku Texcoco dan Tacuba, di puncak Kuil Agung ia menghunjamkan pedangnya ke dada seorang tawanan. Ia melakukan itu berulang kali. Setelah ia bosan, sejumlah pendeta meneruskan pembantaian. Situasi itu sangat mengerikan dan mencekam. Di sekeliling kuil para pembantai menari dan bernyanyi bersama. Mereka sama-sama mengenakan perhiasan yang menyimbokan pemujaan terhadap dewa. Darah mengalir di dinding dan tangga kuil yang berbentuk piramid itu. Bau menyengat yang keluar dari mayat dan potongan tubuh korban merebak ke sekeliling kuil. "Dalam sejarah umat manusia, tak ada yang bisa menandingi pembantaian massal ini", tulis Alva Ixlilxochitl, seorang pengamat sejarah, satu abad setelah bangsa Spanyol mendarat di Mexico.
Ada ada beberapa alasan mengapa suku Aztec seolah menjadi masyarakat yang terobsesi oleh darah. Faktor paling utama adalah mereka amat takut terhadap para dewa dan kosmos kehidupan mereka. Dalam kepercayaan suku Aztec, para dewa dan dunia itu tak bersifat abadi. Karena itulah mereka selalu menyediakan makanan kepada dewa dan mnyuntikkan energi kepada dunia hingga segar kembali. Pengorbanan itu juga untuk menjamin datangnya hujan dan kesuburan tanah.
Pada saat upacara berlangsung baik pendeta dan korban muncul dengan sejumlah atribut yang melambangkan kekuatan para dewa. Dan memang di mata masyarakat Aztec, pada saat itu mereka menjlma menjadi dewa. Tawanan perang yang dikorbankan bukan cuma tawanan perang. Mereka sudah menyatu dengan dewa.
Pengorbanan besar-besaran itu melambangkan sumber vital energi yakni 'air berharga', dalam hal ini darah. Menurut masyarakat Aztec, kosmos membutuhkan hal itu. Dan agar kosmos terus bekerja, kebutuhan energinya harus disuplai secara teratur melalui ritual yang diatur sampai ke menit-menitnya.
Pembantaian manusia secara massal itu juga berfungsi sebagai instrumen pemerintahan. Penguasa Aztec menggunakan sistem teror dalam menjalankan pemerintahannya. Dan pada saat yang sama, pembantaian juga cara untuk melenyapkan musuh yang paling berbahaya, yaitu para pemimpin dan para pejuangnya pihak musuh.
Dalam satu sisi, masyarakat Mexica kuno adalah masyarakat 'visual'. Kekuasaan diekspresikan dan dipamerkan bukan melalui birokrasi yang rumit dan kompleks, tapi melalui pameran kekuatan sang penguasa. Dengan kata lain, masyarakat Aztec melakukan semua itu untuk mengokohkan keberadaan mereka di Lembah Mexico. Pembinasaan ratusan jiwa manusia, pada satu sisi, adalah bentuk kekuasaan yang ditunjukkan bagi masyarakat jajahan dan masyarakat sekitar.
Perebutan Pengaruh Selain pembunuhan besar-besaran, pesta hura-hura dalam skala yang sama juga dilangsungkan. Seluruh upeit yang diterima dalam satu tahun dihabiskan pada waktu itu. Dalam masyarakat Azrec, perang, upeti dan pengorbanan manusia merupakan tiang-tiang penyangga sebuah sistem yang menghubungkna antara pemerintahan manusia dengan regenerasi kosmos.
Tujuan ganda - meluaskan wilayah kekuasaannya dan penyediaan makanan untuk pada dewa - menyebabkan Ahuitzotl melakukan ekspansi tiada henti. Gelombang penyerangan kembali dilakukan dengan frekuensi yang meningkat. Serangan pertama kali dilakukan ke arah selatan, menuju negeri-negeri panas di tepi Lautan Pasifik.
Penduduk di wilayah itu berhasil ditundukkan. Mereka diminta mengembangkan perkebunan coklat, komoditi berharga yang dikhususkan untuk para bangsawan, dan menjaga batas-batas negeri dari ancaman Tarascan yang ganas.
Ahuitzotl terus bergerak meluaskan wilayah kekuasaannya. Antara 1491 dan 1495, ia menaklukkan sejumlah negeri yang berada di tepi pantai Pasifik. Salah satunya Oaxaca, provinsi yang sudah dicoba ditaklukkan pada zaman pemerintahan Moctezuma. Provinsi itu mendatangkan emas, kapas dan coklat ke Lembah Mexico.
Lebih ke selatan, kota Zapotec yang didiami suku Tehuantepec menjadi sasaran berikutnya. Untuk menaklukkan pusat perdagangan penting ini, Ahuitzotl menyipakan ekspedisi yang paling jauh, yang menyebabkan persoalan-persoalan logistik, administrasi dan koordinasi pasukan yang tak terpikirkan sebelumnya, muncul.
Kebetulan pada 1500, suku Tehuantepec meminta bantuan Ahuitzoatl untuk melindungi mereka dari ancaman Soconusco, suku yang berdiam di wilayah yang sekarang ini menjadi perbatasan Guatemala. Dari Mexico City, jaraknya lebih dari seribukilometer. Bagi Ahuizotl ini merupakan penyerangan yang paling sulit. Ia bukan saja harus menyiapkan persediaan makanan dalam jumlah besar untuk pasukannya, tapi juga karena pemimpin Tacuba dan Texcoco tak mau terlibat penyerangan ini. Toh ia tak saja berhasil melindungi suku Tehuantepec, tapi juga mampu menundukkan Soconusco. Karena sepak terjangnya itu, kekuatan militer memang lebih banyak berada di tangan Ahuitzotl ketimbang sekutunya. Nezahualpili, yang memimpin kota Texcoco.
Ahuitzotl menghentikan gerak ekspansinya di sini. Soalnya ia tak memiliki pasukan lagi. Laskar lain sedang bertempur di garis pertempuran yang lain, seperti Puebla, Huexotzingo dan Tlaxcala. Walau ketiga negeri itu telah ditundukkan, ia harus menempatkan pasukkannya di sana untuk memelihara kemenangan.
Selain itu juga harus memperhatikan pertambahan jumlah penduduk di negerinya sendiri. Artinya ia harus meningkatkan produksi pertanian. Ahuitzotl lalu membangun sejumlah proyek irigasi berskala raksasa. Ia mengalirkan sumber-sumber air tawar ke arah danau. Tapi pembangunan yang ambisius itu berakhir dengan kegagalan.
Pada 1500, sebuah banir besar melanda Tenochtitlan. Rumah-rumah berikut kebun-kebunnya hancur, dan terpaksa ditinggalkan para bangsawan yang memilikinya. Ahuitzotl terpaksa meminta saran sekutunya, Texcoco. Nezahuapili, putra Nezahualcoyotl yang bijak itu, mengusulkan agar Ahuitzotl menghancurkan saluran-saluran air yang dibangunnya. Selain itu untuk menyenangkan hati para dewa yang murka, Nezahualpili menasehatkan agar Ahuitxotl melangsungkan sejumlah upacara meminta maaf kepada para dewa. Akhirnya Ahuitzotl, yang ahli strategi perang harus tunduk karena kebijakan Nezahualpili. Air pun menyurut dan Ahuitzotl memutuskan untuk membangun kembali ibukotanya.
Kelompok-kelompok peerja pun didatangkan dari seluruh kota yang ada di Lembah Mexico. Mereka inilah yang membangun istana-istana indah yang semarak dengan cat-cat warna cerah dan taman-taman hijau. Di pinggiran kanal ditanam pohon-pohon rindang. Bendungan diperkuat. Pendek kata Tenochtitlan muncul dengan wajah sumringah, yang menyiratkan kekayaan dan kebesaran kekaisaran Aztec.
Namun kekuasaan Ahuitzotl tak sekuat dulu. Bencana banjir itu dimanfaatkan oelh Nezahualpili untuk menunjukkan bahwa ia memiliki kekuatan supranatural yang tak bisa dipandang enteng oelh Ahuitzotl. Kendati pun yang terakhir ini memegang supremasi militer.
Nezahualpili berhasil naik ke posisi yang dipegang ayahnya dulu. Ia lantas dikenal sebagai orang yang berpengetahuan luas dan memiliki sejumlah kekuatan magis. ia misalnya, telah mendapat 'petunjuk' bahwa 'putra-putra matahari [bangsa Spanyol] bakal datang ke negeri mereka. Ia juga diyakini tak pernah mati. Ia menghilang di sebuah gua misterius.
Tapi sebenarnya kehidupan keluarganya tak terlalu menggembirakan. Ia terpaksa mengeksekusi permaisurinya, karena tak mematuhi peraturan yang ditetapkannya. Ia memiliki tak kurang dari 2000 gundik yang memberinya 144 anak. Pada masyarakat Aztec, perkawinan poligami hanya boleh dilakukan oleh kaum bangsawan. Tapi untuk keluarga kerajaan, boleh dibilang tak asa batasan istri yang bisa dimiliki, karena keluarga kerajaan dikatakan mempunyai sifat-sifat dewa.
Perubahan Strategi
Mempertahankan, kata orang, lebih sulit ketimbang merebut. Itu agaknya yang berlaku bagi Ahuitzotl. Ia memang berhasil meluaskan wilayah kekuasaan Aztec. Tapi tak mempunyai jaringan yang kuat untuk mempertahankan koloni yang telah dikuasainya. Ia cuma bersandar pada loyalitas penguasa lokal.
Akibatnya, sedikit d
emi sedikit, wilayah kekuasaannya, terutama yang berada jauh dari pusat pemerintahan, lenyap dicomot oleh kerajaan besar lainnya. Misalnya yang terjadi di Lembah Puebka. negeri Tlaxcala dan Huexotzingo melepaskan diri dari kontrol Tenochtitlan. Di wilayah timur laut dan barat daya, suku Tarascan siap menghentikan gerakan pasukan Aztec.Karena tak ada kontrol, timbulnya pemberontakan selalu ada. Akhirnya perluasan wilayah kekuasaan justru menyebabkan munculnya lingkaran setan. Pembangunan dan pertambahan penduduk yang berlangsung di Lembah Mexico menyebabkan naiknya kebutuhan dan permintaan.
Namun penguasa Aztec juga yakin bahwa kekuatan kekaisaran amat bergantung pada upeti. Dengan kata lain, mereka harus terus melakukan ekspansi untuk mempertahankan kejayaannya. Tapi kian hari penyerangan yang dilakuakn makin jauh jarakanya. Hingga keselamatan pasukan kian terancam, dan biaya perang makin melonjak.
Dalam kondisi seperti itulah Ahuitzotl meniggal. Ia digantikan oleh Moctezuma II. Amat percaya dengan firasat dan kekuatan supranatural, Moctezuma II amat religius. Ketaatannya pada religi hanya bisa ditandingi dengan kecintaannya pada kekuasaan. Moctezuma II naik tahta pada 1502. Ia langsung mengambil langkah-langkah radikal dalam perekrutan menter-menteri pemerintahan. Semua pejabat yang diangkat oleh Ahutzotl, pamannya, dilenyapkan. mereka digantikan oleh sejumlah anak muda yang diambil dari keluarga terbaik. Dengan demikian lingkaran kekuasaan makin dimonopoli kaum bangsawan. Sedang etiket di kalangan kerajaan pun makin ketat.
Di bawah Moctezuma II, memang berubah. Kekuasaan berusaha dikembalikan ke tangan kaum bangsawan dan pemuka agama. Pada saat itu dua golongan masyarakat itu telah resah dengan makin besarnya pengaruh kaum pedagang terhadap jalannya roda pemerintahan yang meuncul karena perluasan wilayah kekaisaran Aztec.
Sedang untuk dunia luar, Moctezuma II menggunakan seluruh kekuatan militernya utnuk menguasai dan mengontrol wilayah-wilayah yang belum ditaklukkan. Para pendahulunya seringkali meninggalkan lubang-lubang, yang menyebabaklan antaran upeti kerap lenyap di perjalanan.
Moctezuma II melakukan penyerangan ke selatan dan Pasifik untuk menundukkan suku Yopis. Ini untuk meloncat ke suku Tutunepec, suku yang cukup berkuasa di wilayah itu. Lalu ke arah utara untuk menundukkan suku Metztitlan. Hasil penyerangan itu beragam. Tutunepec masih bisa mempertahankan sejumlah teritorinya. Sedangkan Yopis mampu ditaklukkan total. Lalu Metztitlan kehilangan sejumlah posisi kunci. Moctezuma II juga berusaha memperkuat cengkramannya di provinzi Oaxaca. Caranya dengan menyerbu kota-kota di sana secara mendadak dan membantai seluruh penduduknya. Ia menganggap dengan membunuh seluruh populasi yang ada, ia menghilangkan ancaman pemberontakan, juga sekaligus menjamin kelancaran aliran upeti ke Tenochtitlan.
Moctezuma seperti tak terhentikan. Ia menyerbu suku Huexotizingo dan Tlaxcala, yang berdiam di balik pegunungan berapi yang mengelilingi Lembah Mexico. Sebenernya Moctezuma I telah mencoba menundukkan kedua suku ini, namun gagal. Ia hanya berhasil memutus jalur perekonomian kedua negeri itu. Moctezuma II menyerbu Huexotizingo antara 1508 dan 1513. Sedang Tlaxcala diserang pada 1515. Tapi upayanya itu tak terlalu berhasil. Namun di masa pemerintahan Moctezuma II, kekaisaran Aztec telah menguasai wilayah seluas hampir 200.000 km persegi yang dihuni beberapa juta manusia. Sedang Tenoctitlan sudah menjadi kota besar. Penduduknya menigkat dua kali lipat, dari 150 ribu menjadi 300 ribu jiwa.
Moctzuma II boleh dibilang kaisar paling berhasil dalam sejarah Aztec. Tapi pada masa pemerintahannyalah bangsa Spanyol mendarat di Mexico. Mampukah ia menahan gerakan 'putra-putra matahari ' itu?
[Disadur dari Majalah HAI 44/XVII 9 November 1993]
