24 September 2008

1949 - Gencatan Senjata Arab - Israel

Perjanjian gencatan senjatadan penghentian perang antara Arab - Israel ditandatangani oleh utusan dari Mesir dan Israel. Perundingan yang berlangsung di Kepulauan Rhodes itu dimulai sejak 12 Januari pada tahun yang sama. Dalam perundingan itu, sempat terjadi deadlock karena Israel mendesak agar negara-negara Arab menarik mundur seluruh pasukannya dari kawasan Palestina, sedangkan Mesir menginginkan agar pasukan Arab mundur hanya sampai ke wilayah yang mereka rebut pada Oktober 1948.
Perang Arab - ISrael meletus pada 1948, zionis mendirikan negara Israel di kawasan Palestina pendudukan. Namun, persenjataan canggih yang dimiliki Israel membuat mereka berhasil masuk wilayah Mesir dan Libanon dan mengalahkan kekuatan Arab. Perang berakhir pada Januari 1949. Atas campur tangan PBB, kedua belah ihak mengadakan perundingan damai yang hasilnya ditandatangani pada 24 Februari.

[taken from MEDIA INDONESIA, 24 Februari 2008]

1946 - Peron, Presiden Terpilih

Juan Domingo Peron terpilih sebagai President Argentina. Peron adalah tokoh kontroversial Argentina. Pada 1943, sebagai tentara, ia bergabung dalam kudeta menggulingkan pemerintahan saat itu. Pada 1944, ia diangkat sebagai wakil presiden dan menteri perang. Setahun kemudian, ia digulingkan dari jabatannya dan dipenjarakan. Namun, atas desakan para buruh dan pekerja yang mendukungnya, Peron segera dibebaskan kembali.
Peron kemudian menikahi seorang peremopuan bernama Eva Duarte yang terkenal dengan nama Evita Peron. Evita Peron adalah pendukung dan penasihat politik utam Juan Peron ketika ia terpilih sebagai Presiden pada 1946. Sebagai presiden, awalnya Juan Peron mendapatkan dukungan besar. Namun, kemudian ia berubah menjadi otoriter dan menekan oposan dan media massa.
Pada 1952, Evita Peron meninggla dan barisan pendukung Peron pun mulai pecah. Tiga tahun kemudian, Juan Peron dikudeta dan hidup di luar negeri selama 18 tahun. Pada 1973, Juan Peron kembali ke Argentina dan kembali menang dalam pemilu kepresidenan.

[taken from MEDIA INDONESIA, 24 Februari 2008]

1942 - Siaran Perdana 'VOA'

VOA atau Voice of America pertama kali ditayangkan dari Kota New York, hanya berselang 79 hari setelah Amerika Serikat terlibat dalam kancah Perang Dunia II.
VOA adalah sebuah lembaga, bagian dari pemerintah Amerika, yang melaksanakan siaran luar negeri. VOA berpusat di Washington DC. Kantor-kantor perwakilan dan para koresponden VOA tersebar di seluruh dunia. VOA memiliki ratusan penulis dan editor serta koresponden dan jaringan stringer yang tersebar di seluruh dunia.
VOA menyiarkan lebih dari 900 jam acara berita dan informasi lainnya setiap minggu. Pendengar dan penontonnya di dunia mencapai lebih dari 93 juta orang. VOA disiarkan dalam bahasa Inggris dan 53 bahasa lain melalui radio, televisi, dan internet. VOA juga menyebarkuaskan misinya lewat jaringan afiliasi, yakni stasiun lokal yang memiliki kerja sama dengan VOA. Saat ini, sejulmah stasiun afiliasi mencapai lebih dari 1.200 stasiun pemancar.

[taken from MEDIA INDONESIA, 24 Februari 2008]

1996 - Rekor 11 Ribu Assist Stockton

Point guard Utah Jazz, John Stockton, melakukan assist yang ke-11 ribu kalinya di NBA. Stockton adalah lulusan Universitas Gonzaga. Ia bergabung dengan Utah Jazz sejak 1984. Ukiran karirnya di klub diperluas dengan keikutsertaannya dalam tim Olimpiade Barcelona [1992] dan Olimpiade Atlanta [1996] yang mendapatkan emas.
John Stockton pensiun dari NBA pada Mei 2003. Ia menjadi point guard terhebat dalam sejarah basket AS. Saat itu, ia menorehkan capaian dengan angka assist sebanyak 15.806. Sebuah angka yang belum tersamakan oleh siapapun. Kemudian, cetakan poin sebanyak 19.711 dan steal sejumlah 3.265. Utah Jazz mengenang Stockton dengan mengabadikan nomor punggung Stockton, yakni 12.

[taken from MEDIA INDONESIA, 26 Februari 2008]

1993 - Pengeboman WTC

Sebuah bom meledak di area parkir World Trade Center, Kota New York. Enam orang tewas dan 1.000 luka-luka karena ledakan dahsyat itu. Ribuan orang juga dievakuasi dari menara kembar itu. Seorang informant kemudian mengidentifikasi sekelompok warga Serbia di New York sebagai tertuduh. Akan tetapi, ketika FBI melakukan pengawasan, mereka malah menemukan sekelompo pencuri permata alih-alih teroris.
Dari temuan di tempat kejadian berupa serpihan mobil van yang masih memiliki angka identifikasi, para penyelidik menemukan agen penyewaan mobil bernama Ryder di New Jersey. Dari catatan perusahaan itu, penyewa bernama Mohammed Salameh dan ia melaporkan mobilnya kecurian pada 25 Februari.
Salameh memang sudah berada dalam daftar teroris potensial FBI. Salameh ditangkap ketika ia bermaksud mengambil uangnya kembali dari Ryder. Dari barang-barang Salameh, FBI menemukan dua nama terkait lainnya.
Dari bukti-bukti yang ada - catatan pembelin tangki hidrogen dari AGL, kiriman surat ke New York Times, DNA saliva pad asurat - semuanya cocok dengan para tersangka. Dengan demikian, pemberian hukuman berjalan dengan tidak terlalu sulit. Setiap tersangka dihukum 240 tahun di penjara.

[taken from MEDIA INDONESIA, 26 Februari 2008]

1991 - Tim Berners-Lee Kenalkan World Wide Web

Sir Timothy John Berners-Lee merupakan penemu world wide web [www]. Pada 1980, Berners-Lee mengajukan proyek berbasis konsep hypertext untuk memfasilitasi pembagian dan pembaruan informasi antarpeneliti. Dengan bantuan RObert Cailiau, mereka menciptakan sistem prototipe bernama enquire.
Setelah meninggalkan CERN untuk bekerja di John Poole's Image Computer System Ltd, ia kembali pada 1984 sebagai seorang rekan peneliti. Ia menggunakan ide yang mirip seperti enquiri untuk menciptakan www.
Situs yang pertama dibuat Berners-Lee adalah http://info.cern.ch/ dan berstatus daring [online] untuk pertamakalinya pada 6 Agustus 1991. Pada 1994, Berners-Lee mendirikan World Wide Web Consortium [W3C] di Massachusetts Institute of Technology. Salah satu kontribusi terbesar Berners-Lee dalam memajukan www adalah dengan tidak mematenkannya.

[taken from MEDIA INDONESIA, 26 Februari 2008]

1806 - Kelahiran Victor Hugo

VICTOR HUGO adalah seorang sastrawan terkenal Perancis. Di usia muda, Hugo telah mulai menulis puisi, tragedi, dan menerjemahkan karya-karya Virgil, seorang penyair Romawi. Pada usia 25 tahun, Hugo diangkat sebagai anggota Akademi Perancis dan anggota dewan legislatif negara itu. Namun, pada zaman pemerintahan Napoleon II, ia disingkirkan dari politik dan hidup di pengasingan akibat penentangannya terhadap politik despotisme pemerintah.
Selama 20 tahun di pengasingan, Hugo menulis berbagai novel, puisi dan drama. Ia pun dianggap sebagai penulis aliran romantis Perancis yang terpenting. Dalam pembukaan drama sejarahnya berjudul Cromwill yang ditulisnya pada 1827, Hugi menulis romantisme adalah liberalisme dalam sastra. Hugo membangun versi tersendiri dari novel sejarah yang mengombinasikan kenyataan sejarah dengan imajinasi yang hidup dan melodramatik. Karya Hugo yang paling terkenal The Hunchback of Notre Dame dan Les Miserables.

[taken from MEDIA INDONESIA, 26 Februari 2008]



12 September 2008

AZTEC, Runtuhnya Sebuah Kekaisaran [Habis]

YANG TINGGAL HANYA SISA

Kaum bangsawan yang berusaha mempertahankan budaya Indian akhirnya harus minggir. Bangsa Indian lalu terjebak budaya mabuk-mabukan. Hingga akhirnya, mereka tergusur di tanah mereka sendiri.

Sebagian kaum bangsawan berusaha mempertahankan tradisi dan budaya nenek moyangnya. Mereka juga masih suk bernostalgia dengan -mengingat-ingat kejayaan masa lalu, ketika
bangsa Spanyol belum menjejakkan kakinya di Lembah Mexico.
Tapi akhirnya mereka toh harus mengalah dan terpaksa menghadapi kenyataan pahit. Perkawinan campur antara Indian dan Spanyol kian men
ingkat. Dan pengaruh bangsa pendatang itu terhadap kelompok blasteran terbukti lebih kuat ketimbang mereka. Hingga walau tak sama sekali hilang, keberadaan kaum bangsawan yang tersisa ini sudah tak mempunyai pengaruh apa-apa lagi.
Lagipula yang mereka k
atakan sebagai tradisi atau budaya nenek moyang sebenarnya sudah tak asli lagi. Malah bisa dibilang cuma sekedar peniruan dari budaya bangsa Spanyol. Ini terjadi akibat perkawinan campura yang terus menigkat, dan secara otomoatis mengaburkan identitas bangsa Indian.

Bangsawan Baru
Namun pada abad ke-18, masih ada kaum bangsawan yang bertahan dan memiliki kekuatan yang cukup untuk menjadi kelompok penekan di Mexico dan Tlaxcala. Kelompok ini menjalin hubungan akrab dengan Gereja dan selalu membanggakan darah dan asalnya. Mereka mampu mengumpulkan kekayaan, kekuasaan dan memelihara budaya asli.
Juru bicara kelompok ini tak segan-segan berkunjung ke Spanyol dan menununtut keras nasib Indian blasteran, dan kalau perlu meminta Indian asli diberikan pendidikan, hingga mereka bisa keluar dari 'kegelapan kebodohan'. Mereka dekat dengan gereja karena tekun mempelajari ajaran-ajaran yang diberikan oleh para misionaris yang datang pada abad ke-16.
Ketika kaum bangsawan di kota mencoba memperlambat kemerosotannya, Indian asli di pedesaan justru sudah menerapkan pola kemasyarakatan yang ba
ru. Mereka tak lagi berbakti kepada kaum bangsawan. Kehidupan mereka kini berputar pada para tuan tanah, yang tak mempunyai silsilah kebangsawanan. Tuan tanah ini dalam bahasa sono disebut pueblo mewakili desa, tanah dan masyarakat.
Akibatnya perpecahan etnik dan lenyapnya kekuatan politik kaum bangsawan Indian memang dahsyat. Para pewaris kekayaan Aztec yang dulu menguasai seluruh lembah Mexico, pada akhir abad ke-16 menjadi orang-orang yang cuma memegang desa.
Dari pertengahan abad ke-17 ke depan, raja-raja kecil ini melegitimasikan kekuasaan mereka. Soalnya dari darah dan keturunan mereka memang tak punya hak duduk di situ. Untuk mencapai tujuan itu mereka membentuk identitas sendiri - yang berbeda dengan identitas kaum bangsawan Indian - dan juga menciptakan posisi sendiri di lapisan sosial masyarakat kolonial.
Mereka, antara lain, menciptakan dan memakai gelar-gelar baru. Ini bisa mereka lakukan karena mereka mempunyai kemampuan baca tulis [bahasa Indian]. Dengan demikian mereka masih ingat susunan peringkat sosial masyarakat Aztec. Jadi merek atinggal menyontek saja.
Hubungan dengan gereja juga
terjalin dengan baik. Gereja yang telah ada selama satu abad tak lagi dipandang sebagai paksaan. Gereja pada saat itu telah menjadi poros kehidupan baru, karena di sanalah berbagai bentuk ritual keagamaan belangsung. Bila mengingat Indian adalah masyarakat yang sangat mementingkan ritual dan prosesi keagamaan, hal ini bukanlah hal yang mengherankan.
Selain itu mereka ju
ga masih menyisakan ajaran lama. Mereka, misalnya, masih menganggap tanah, rumah dan keun jagungnya memiliki kekuatan nenek moyang. tap pada paruh pertama abad ke-17, bahkan sebelum epidemi hebat, mereka berusaha membangkitkan makna dan keseimbangan kehidupan dengan cara menggabungkan kekuatan tradisional - api, air, gunung atau gunung - dengan para orang suci yang kini melindungi desa dan rumah mereka. Sedikti demi sedikit bangsa Indian menciptakan ritual dan prosesi yang merupaka penggabungan ajaran nenek moyang dengan agama baru mereka. Praktek seperti ini masih dapat dilihat pad aIndian zaman sekarang.
Abad ke-17 menyaksikan tumbuh suburnya agama Kristen yang untuk, yang memungkinkan bangsa Indian mengekspresikan apa yang tersisa dari identitas asalnya. Mereka menyebarkan ritual dan prosesi itu melalui pertemuan keluarga, perluasan persaudaraan dan penggabungan festival antara kelompok satu dengan kelompok lainnya.

Agama Kristen di Mexico kian unik karena juga menerima pengaruh dari kaum blasteran dan mulatto [keturunan kaum blasteran]. Juga karen abangsa Spanyol pad aabad ke-18 masuk samai ke desa-desa. Mereka juga menimbulkan budaya baru. Yang mencampurkan seluruh kepercayaan dan budaya yang ada. Budaya inilah yang kemudian membayang-bayangi budaya modern di Mexico City.
Berhubungan dengan k
aum blasteran, mulatto [keturunan blasteran] dan Spanyol yang masuk ke wilayah pedesaan menyebabkan Katolik melewati sebuah evolusi berikutnya pada abad ke-18. Budaya umum muncul yang mencampurkan seluruh kepercayaan dan praktek keagamaan, membayangi budaya umum yang ada di Mexico modern, dimana warisan nenek moyang telah lenyap.
Tentu saja yang paling tak setuju dengan membesarnya kekuasaan para pueblo adalah para hacendado [tuan tanah bangsa Spanyol]. Pada abad ke-17 dan 18 dipenuhi dengan konflik antara pueblo dan hacendado.
Persaingan antar kedua kelompok ini sebenarnya terjadi secara tak sengaja. Epidemi dahsyat yang melanda Lembah Mexico mengakibatkan sejumlah besar penduduk asli tewas. Hingga banyak tanah garapan yang terlantar. Tanah terlantar inilah yang kemudian ditempati oelh para hacendado.
Namun pada abad
ke-18, populasi penduduk asli mulai berkembang kembali. Kebutuhan tanah pun menigkat. Tapi tanah garapan mereka kini sudah dikuasai tuan tanah bangsa Spanyol. Pertikaian pun tak terhindarkan. Di paruh kedua abad ke-18, ketegangan meningkat dan revolusi lokal sering meletup.
Sedang untuk masyarakat biasa, mereka sama sekali tak merasakan perbedaan. Apakah itu pada era Aztec, pada periode invasi bangsa Spanyol, atau pada zaman pueblo dan hacendado. Mereka tetap pad akondisi kehidupan yang sama, mekanan yang sama, dan kemiskina yang sama.

Kehidupan Modern
Masyarakat awam yang mengalami perubahan drastis justru yang berdiam di perkotaan. Terutama di ibukota yang baru. Di sini sejak abad ke-16, bangsa Indian menjadi akrab dengan lidah Spanyol dan juga m
engalami percampuran biologis, sosial dan kultural.
Mereka tertatih-tatih melangkah di antara dua dunia. Yakni dunia tuan-tuan penjajah, di mana mereka bisa bergerak lebih leluasa dan tradisi Indian yang kadang-kadang terasa begitu ketat hingga tak memberi peluang sama sekali. Banyak di antara mereka berkemampuan dua bahasa. Mereka juga tahu memanfaatkan asal usulnya agar mendatangkan keuntungan kepada dirinya. Pada abad ke-17, cara berpakaian dan potongan rambut tak lagi membeda
kan mereka dari populasi Spanyol.
Seperti magnet, kehidupan kota menarik kaum Indian pedesaan. Baik karena mereka teerlalu diesploitasi di desa atau karena mereka memang memutuskan untuk lepas dari komunitasnya. Ini sebenarnya bukan hal baru, karena ratusan tahun sebelumnya, kaum Indian Nomad mendatangi kota-kota dalam rangka memperoleh sedikit peradaban.
Di kota-kota bangsa Indian segera terjebak aspek negatif "kebudayaan" yang dibawa oleh bangsa Spanyol. Yang paling menonjol adalah kebiasaan mabuk-mabukan, atau alkoholisme yang melanda hampir semua bangsa Indian di perkotaan.
Tempat-tempat umum atau yang dikenal dengan sebutan pulquerias menjadi pusat kebusukan. Di sinilah para suami menghabiskan pendapatan untuk keluarga, para wanita mabuk dan menggugurkan bayinya, dan tempat pertikaian berdarah dan prostitusi berlangsung. Pada 1784, Ibukota memiliki tak kurang 600 pulqueria.
Kendati tempat-tempat itu menampung seluruh kebejatan, korupsi dan cinta gelap, pulqueria sebenarnya juga berfungsi sebagai katup pelepasan. Di situ mereka bisa sedikit menikmati hidup dan bersantai. Pu
lqueria menjadi alternatif untuk sebentar melarikan diri dari masyarakat yang ketat dan menempatkan setiap orang pad aposis yang tetap, bergantung pada ras dan kekayaannya.
Dari akhir abad ke-18, bangsa Indian yang bertahan dari epidemi, kawin campur, dan eksploitasi kolonial menghadapi 'pembantaian' dari dunia baru.
Ironisnya, ancaman pembantaian itu datang pada era Pencerahan dan zaman Kemerdekaan. Pada kedua periode ini jalan hidup bangsa Indian kembali dipertanyakan. Akibatnya, bangsa Indian yang sudah susah payah mencari keseimbangan dengan pola kemasyarakatan yang baru kembali terguncang-guncang.
Pada zaman Pencerahan, pemerintah kolonialisme bernafsu sekali 'memperadabkan' bangsa Indian. Mereka memaksa seluruh kepala sekolah di seantero Mexico mengajar dalam bahasa Spanyol. Pada saat yang sama, sekitar 1780-1n, pemerintah yang sedang memusatkan perhatian pada bidang ekonomi, mengeluarkan peraturan yang menggoyang tonggak-tonggak utama kehidupan Indian. Dengan alasan ekonomi, mereka dilarang atau sangta dibatasi dalam menyelenggarakan ritual, festival atau prosesi keagamaan. Pemerintah juga mulai mengutak-atik tradisi komunal [hidup secara berkelompok] bangsa Indian.
Raja Spanyol juga m
empunyai pemikiran yang sama, dan segera menyempurnakan kebijakannya terhadap komunitas Indian. Pada abad ke-19, ia mengeluarkan peraturan yang menghapus perbedaan antara Indian dan Spanyol yang sebelumnya sah secara hukum.
Ketiak merdeka pada 1821, Mexico muda, yang sebetulnya belum mengutamakan demokrasi dan persamaan hak, menegaskan kebijakan itu. Indian menjadi warga negara biasa sama seperti lainnya, dan melancarkan swastanisasi tanah-tanah komunal, yang menjadi sumber utama pendapatan para pueblo. in sebenarnya sama saja dengan menjatuhkan hukuman mati buat oenduduk asli. Kantung-kantung yang menampung penduduk asli pun menghilang. Mereka, suku Indian asli, pewaris kejayaan Tenochtitlan dan Tlatelolco, hilang di telan kota modern ini. Setelah itu bangsa Indian hanya bisa berdiri di pinggir memberi jalan kepada kaum spekulan. Mereka telah kalah. Beberapa kejadian lain kian menekan populasi asli di sepanjang abad ke-19. Hacienda menjadikan petani asli menjadi buruh tani yang tak pernah lepas dari hutang, hingga sepanjang hidup terikat dengan tuan tanah yang memperlakukan mereka secara sewenang-wenang. Kendati revolusi 1910 mengakhiri perbudakan bentuk baru ini, hal itu tak dapat menahan laju penghancuran bangsa Indian.
Beberapa desa, beberapa kantung mampu menolak modernisasi lebih lama dari yang lain. Tapi memasuki 1940-an, industrialisasi begitu cepat terjadi. Ini lantas membuka gelombang migrasi dari desa ke kota. Bangsa Indian meninggalkan tanah-tanahnya di desa yang tak lagi bisa memberi makan cukup untuk keluarga.
Kini lansekap yang dulu pernah menampilkan sebuah kekaisaran, flora dan fauna yang berusia ribuan tahun dan menjadi saksi kebesaran budaya Aztec telah dikurung oleh megapolis Mexico City yang berpenduduk 20 juta. Dan bangsa Indian hanya sebagian kecil dari jumlah itu.

[Disadur dari Majalah HAI 47/XVII 30 November 1993]

11 September 2008

AZTEC, Runtuhnya Sebuah Kekaisaran [5]

BUAH PAHIT KOLONIALISME
Kedatangan Bangsa Spanyol ke Mexico menyebabkan bangsa Indian dapat membca dan menulis. Tapi toh kolonisasi menyebabkan bangsa Indian tercabut dari akarnya.

Kekaisaran Aztec telah bertekuk lutut di depan bangsa Spanyol. Tapi tak berarti perlawanan para bangsawannya berhenti sama sekali. Sejumlah bangsawan yang tersisa belum mau menyerah. Mereka masih berharap par apenjajah itu akhirnya akan terusir dari negeri mereka.
Cortes menget
ahui gerak perlawanan itu. Dan ia pun bergerak untuk menuntaskannya. Ia tak cuma memaksa mereka tunduk terhadap Kerajaan Spanyol di seberang laut sana. Ia juga menekan penduduk setempat meniggalkan ritual-ritual lainnya dan mencoba mengkristenkan penduduk setempat.
Berbekal titah Cortes, pasukan Conquistador melabrak kuil-kuil dan menghancurkan patung-patung dewa Aztec. Kebijakan Cortes ini memang dimaksudkan untuk melemahkan bangsa Aztec. Karena dengan penghancuran itu, hubungan masyarakat Aztec dengan nenek moyangnya menjadi terputus.

Perlawanan Bangsawan
Karena kebijakan Cortes itu pula kelompok-kelompok pendeta Fransiskan yang terkenal bersemangat tinggi itu tiba di Mexico sejak 1525. Kedatangan mereka yang didukung oleh Cortes menyebabkan pendeta-pendeta Aztec yang berkeras memegang tradisi yang diwariskan nenek moyang
nya menjalankan ritusnya secara sembunyi-sembunyi. Ketika pendeta-pendeta Fransiskan menyebar dan berkhotbah di depan penduduk asli, pasukan Spanyol menyerbu berbagai tempat penyembahan. Mereka membunuh pendeta-pendeta suku Indian, membumihanguskan tempat-tempat pengorbanan manusia dan membakar seluruh manuskrip keagamaan.
Pendeta Fransiskan juga menggarap kaum bangsawan dan berhasil mendapatkan sejumlah pengiku
t. Kendati sebagian besar pengikut baru itu memeluk agama Kristen hanya di permukaan saja, toh Ordo Fransiskan berhasil menghidupkan suasana Kristiani di seputar gereja dan biara yang dibangun. Ritual-ritual baru diperkenalkan untuk menggantikan perayaan-perayaan yang telah dilarang.
Kaum pendeta segera menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan. dengan demikian tekanan terhadap kaum bangsawan Indian yang masih melakukan ritual Aztec kian keras. Kerena sebelumnya mereka sudah berhadapan dengan bangsa Spanyol dan suku Indian yang berkolaborasi dengan bangsa pendatang itu.
Datangnya agama Kristen di Lembah emxico boleh dibilang menggoyang tiang-tiang penyangga masyarakat setempat. Dalam berbagai k
hotbah yang disampaikan oleh Pendeta Fransiscan, citra bangsa Toltec, yang dianggap sebagai nenek moyang Aztec dan begitu dihormati, dimelorotkan menjadi penyembah berhala yang pantas masuk neraka untuk selama-lamanya.
Penguasa Spanyol juga menutup tempat-tempat yang selama ini mengajarkan tradisi nenek moyang kepada kaum bangsawan. Sedang para pendeta Fransiscan menabukan pengorbanan manusia dan melarang praktek poligami. Mereka juga melarang penggunaan tumbuhan halusinogenis [mungkin semacam ganja]. Padahal semua itu adalah praktek-praktek yang membedakan kelas penguasa dengan rakyat biasa. Kebiasaan itu sekaligus menjadi legitimasi kekuasaan.
Perpindahan dari ajaran pemujaan dewa ke agama Kristen juga memcahkan keutuhan keluarga. Prinsip monogami [beristri satu] menyebabkan istri-istri lainnya terlempar ke jalan berserta anak-anaknya [yang kemudian menjadi anak haram tanpa nama dan tanpa masa depan]. Para pendeta Fransiscan juga menggarap anak-anak kaum bangsawan, dan memakai mereka sebagai alat untuk membujuk atau bahkan melawan orangtuanya.
Hal lain yang menyebabkan kaum ban
gsawan Indian makin terjungkal adalah ajaran agama Kristen yang mengatakan seluruh manusia sederajat di hadapan Tuhan, dan para penguasa itu mempunyai tanggungjawab spiritual terhadap rakyat yang dipimpinnya. Ini sama sekali berlawanan dengan tradisi yang selama ini ada, yang emmisahkan bangsawan dengan rakyat jelata, baik secara fisik maupun secara spiritual.
Karena yakin ajran Kristen bakal menggulingkan sistem nilai yang ada, kaum bangsawan Indian yang masih membangkang mencoba menentang tekanan yang dilancarkan bangsa Spanyol. Tapi persengkokolan atau pemboikotan yang dilakukan mereka menemui kegagalan karena tak terorganisasi dengan baik. Perlawanan akhirnya menghilang satu demi satu.
Kaum bangsawan lainnya, entah karena sikap pasrah atau karena memang mau, memilih bekerja sama. Dengan cara ini, mereka berharap masih mendapat tempat di lingkar kekuasaan. Mereka sadar mereka masih dibutuhkan oleh Cortes cs. Pasukan Conquistador toh harus memanfaatkan bantuan mereka kalau ingin meluaskan wilayah pendudukannya.

Peran Wanita
Dan memang uta
ma yang dihadapi oleh bangsa Spanyol adalah bahasa. Kecuali bahasa Nahualt yang dipakai di Aztec ada lebih 100 bahasa lainnya yang dipakai di Spanyol Baru.
Pada tahun-tahun pertama kerjasama dengan bangsa Spanyol mendatangkan hasil yang lumayan bagi para bangsawan. Bangsawan Tlaxcala misalnya dibiarkan memiliki otonomi ketiak bersedia masuk Kristen. Bangsawan Texcoco, untuk mempertahankan kekuasaannya bersedia membantu pasukan Spanyol untuk menghancurkan Mexica hingga bangsa Spanyol bisa memulai gerakan Fransiskannya.
Dalam pengembangan dominasi bangsa Spanyol, wanita kerap memainkan peran krusial. Soalnya anak perempuan bangsawan Indian kerap menjadi wanita simpanan atau bahkan menjadi istri sah dari pasukan conquista
dor. Anak perempuan Moctezuma, Tecuihpotzin, dapat dijadikan contoh. Istri dari dua raja Aztec, Cuitlahuac dan Cuauhtemoc, ia segera dibaptiskan setelah penaklukan bangsa Spanyol dan diberi nama Isabella. Diceraikan oleh Cuauhtemoc pada usia 16 tahun, ia masih membawa legitimasi Aztec, dan termasuk orang penting dalam percaturan politik. Cortes menikahkannya Alonso de Grado, salah seorang anggota conquistador. Tecuihpotzin segera menjadi asimilasi dan kristenisasi.
Setelah Grado wafat, Tecuihpotzin menjadi harem Cortes selama beberapa waktu, dan sempat melahirkan seorang anak. Ia kemudian menikah dengan dua orang Spanyol lainnya. Lalu anak perempuannya, Leonor, menikah dengan penemu tambang pe
rak Zacateca berkebangsaan Spanyol. Kini keturunan Tecuihpotzin berdiam di Spanyol dan biasanya memakai gelar Count of Miravalle, Duke of Abrantes dan Duke of Linar.
Pernikahan anta
ra putri setempat dengan pasukan conquistador, dan anak-anak indo hasil perkawinan itu, tak pelak lagi mempercepat proses penyatuan dua dunia yang pada awalanya sama sekali berbeda.

Cepat Beradapatasi
Kebijakan asi
milasi yang secara tersirat dilakukan oleh penguasa Spayol ini dimanfaatkan pula oleh sejumlah bangsawan di provinsi kecil. Mereka mecoba masuk ke lingkaran kekuasaan dan berhasil. Mereka biasanya menjadi gubernur atau penguasa di satu tempat.
Tapi angin kemudian berubah arah. Menuju pertengahan abad ke-16, penguasa Spanyol tak mau lagi menciptakan kaum elit baru. mereka kembali melirik kepada pewaris-pewaris asli Aztec. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjaga inde
ntitas 'Indian'. salah satu caranya adalah dengan memisahkan komunitas masyarakat setempat dengan Spanyol. Dengan demikian kontrol wilayah harus tetap berada di tangan bangsa Spanyol. Dengan cara ini pula mereka bisa memobilisasi kekuatan pasukan Aztec yang terkenal kuat itu. Pada 1920-an, suasana damai di pusat negeri dan penaklukan Guatemala serta Honduras dapat dicapai karena bantuan para bangsawan dan pasukannya. Kekuatan yang sama juga dipakai untuk memukul mundur pasukan Indian Chichimec dan untuk menjamin terbukanya jalur ke tambang-tambang perak di Mexico Utara. Dari 1541 sampai 1542 puluhan ribu prajurit Mexica, Tlaxcala dan Otomi dipakai mematahkan pemberontakakn Mixton, di timur laut negeri, sekitar 600 km dari Mexico. Pejuang yang paling berani dianugerahi pangkat militer, lengkap dengan senjata dan gelar.
Dari 1540 ke depan, kelas penguasa baru atau pun penguasa tradisional dengan cepat beradaptasi dengan dunia baru yang dibawa oleh Bangsa Spanyol. Mereka tak cuma akrab dengan kuda dan senjata api. Mereka juga mulai mengenal akutansi, mencoba berbisnis, membeli barang-barang yang diekspor oleh bangsa Spanyol, meminum anggur dan mengenakan baju sutera.
Mereka bahkan pada tingkat tertentu menguasai tata hukum Spanyol dan menggunkannya untuk melindungi hak-hak mereka. Bangsa Indian banyak yang menjadi hakim, gubernur, pedagang dan penerjemah. Mereka tetap berada di bawah bayang-bayang par apenguasa Spanyol, tapi jauh di atas rakyat biasa.
Pendidikan yang dilakukan Gereja dan kemampuan beradaptasi bangsa Indian yang begitu cepat menghasilkan buah yang amat baik dan tak terduga. Buah itu muncul dalam karya-karya pelukis dan pematung setempat yang mengambil bagian dalam pembangunan gereja, biara dan kapel yang sekarang tersebar di seluruh Mexico.
Selain itu ada juga musisi dan penyanyi yang tumbuh subur di daerah pemukiman-pemukiman. Mereka belajar instrumen-instrumen musik Eropa Abad Pertengahan dan dalam kasus tertentu belajar komposisi dengan semangat tinggi yang kadang-kadang mengejutkan orang Spanyol sendiri. tapi revolusi yang paling menonjol adalah pengenalan alfabet Eropa. Orang-orang Indian, yang selama berabad-abad kebudayaannya didasarkan pada tradisi pictograf [gambar] dan lisan kini belajar membaca dan menulis.
Bagi yang amat pintar bahkan ditawari pendidikan yang lebih tinggi seperti bersekolah do kolese Santa Cruz, yang ada di Tatelolco. Disana mereka mempelajari karya-karya Cicero, membaca karya klasik Latin dan menerjemahkan teks-teks penting Eropa ke bahasa Nahualt. Beberapa bahkan mengakrabkan diri dengan tipografi dan cetak. Dari sinilah lahir pencatat-pencatat sejarah abad ke-16.
Adopsi penulisan bergaya Eropa tak menyebabkan pictografi khas Indian menjadi lenyap. Mereka justru berhasil mengkombinasikan pictografis dengan tulisan Eropa. Mereka berhasil memanfaatkan keduanya secara maksimal.
Wabah Penyakit
Tapi perkembangan menggembirakan ini mati sebelum sempat berkembang jauh. Soalnya pada sisi lain,masyarakat luas, sangat sengsara karena eksploitasi habis-habisan yang dilakukan bangsa Spanyol. Yang akhirnya menimbulkan sejumlah kekacauan.
Kekacauan itu datang dari beberapa faktor. Misalnya masayarakat Indian tak lagi memiliki garis pembatas yang jelas yang membedakan kelas sosial dan asl suku, yang sebelumnya justru amat ketat. Tanda-tanda dtatus sosial pun sudah hilang - misalnya asesoris, baju dan partisipasi dalam ritual-ritual keaamaan, dan pembedaan konsusmsi mskanan. Kevakuman kekuasaan juga menyumbang andil yang tak sedikit. Pada 1521 para bangsawan dan pemimpin suku Indian secara total menujukkan diri mereka sama sekali tak berdaya menghadapi bangsa asing. Ini jelas menghilangkan kebanggaan di kalangan masyarakat biasa.
Yang lebih serius lagi kematian para dewa. Lalu perhitungan perputaran waktu - yang selama ini ditandai dengan pengorbanan manusia dan ritual kegamaan lainnya - yang menjamin kelangsungan hidup kosmos telah dihilangkan. Dengan kata lain, seluruh institusi yang sebelumnya dijunjung tinggi, sekarang sudah tak berfungsi lagi. Celakany institusi pengganti tak hadir selama beberap adekade. Karena waktu itu pendeta-pendeta Fransiskan baru bergerak di beberapa kota saja.
Sampai 1540-an, para conquistador dengan bengis menindas suku Indian. Mereka dijadikan budak belian, tubuh mereka dicap dengan bsi panas, membebani mereka dengan kerja berat. Parahnya lagi, rakyat jelata ini juga ditindas oleh kaum bangsawan Indian yang kini bergandeng mesra dengan bangsa kolonialis itu. Penderitaan rakyat biasa Indian belum lagi habis. Wabah penyakit menyerang beberapa kali. Yang dimulai dari saat pengepungan kota Tenochtitlan. Sejak itu tious dan cacar seolah tak pernah pergi dari Lembah Mexico. dengan saat-saat paling parah pada 1545 - 1548, 1581 - 1586 dan 1629 - 1631.
Pengobatan yang minim, semangat hidup yang amat rendah, menjelaskan jumlah kematian yang begitu besar. Bangsa Spanyol sempat kuatir dengan kematian yang dahsyat itu, karena itu berarti mereka kehilangan tenaga kerja dan upeti dalam jumlah besar. Mereka lantas mencari penyebab timbulnya wabah penyakit itu.
Sedang suku Indian menduga epidemi yang datang bergelombang itu akibat dari runtuhnya nilai-nilai yang selama ini dipegang dan karena dihancurkannya patung-patung dewa. tapi mereka, seperti juga bangsa yang menjajahnya, lebih sering tak bisa menjawab dan bingung dengan nasib meerka yang menyedihkan itu.
Berhadapan dengan serangan Sang Maut yang datang berturut-turut itu dan runtuhnya institusi-institusi yang selama ini dipegang, bayak orang Indian yang lari ke alkohl. Larangan meminum alkohol yang dulu berlaku sudah tersapu dengan yang lainnya. Angka aborsi dan bunuh diri berlipat ganda. Inilah ekspresi keputusasaan yang tak tertahankan.

[disadur dari Majalah HAI 46/XVII 23 november 1993]

21 August 2008

AZTEC, Runtuhnya Sebuah Kekaisaran [part 4]

BENTURAN DUA DUNIA
Moctezuma tiba-tiba menjadi peragu. Sedang pasukan Spanyol jeli memanfaatkan perpecahan di kalangan suku Indian. Kekaisaran Aztec pun rontok.
Suku Indian Mexico Kuno memiliki sebuah siklus waktu. Dalam konsep waktu itu aktivitas para dewa sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Artinya bila terjadi persinggungan kekuatan supranatural akan meninggalkan jejaknya pada kehidupan manusia. Pertemuan putaran aktivitas dewa dan manusia terjadi secara periodik. Sejumlah peristiwa berulang kembali ketika kekuatan para dewa datang mencampuri kegiatan manusia. Karen akonsep waktu itulah su
ku Indian Mexico Kuno dapat meramal masa depan. Tugas ini diserahkan kepada pendeta-pendeta yang sepanjang tahun mengecek sejumlah tanda yang muncul. Mereka ini mengamati seksama dan menafsirkan secara hati-hati peristiwa, ilham dan mimpi. Karena ketiganya menjadi sumber informasi yang berharga. Penafsiran hati-hati peristiwa-peristiwa, ilham dan mimpi dapat menghasilkan informasi yang berharga.

Moctezuma Ketakutan

Suku Indian sangat memperhatikan peristiwa-peristiwa yang dianggap mereka berasal dari luar kekuas
aan manusia. Peristiwa itu menjadi istimewa karena berlangsung di luar kerangka ritual yang mengatur hubungan antara mereka dan para dewa. Dengan pola pemikiran seperti itu, dalam dekade sebelum bangsa Spanyol mendarat di bumi Mexico, mereka melihat banyak sekali tanda-tanda yang membuat mereka punya alasan untuk cemas. Sekitar sepuluh tahun sebelum armada Spanyol berlabuh, mereka melihat komet besar melintas di langit Mexico. Para pendeta gagal menafsirkan gejala alam ini. Moctezuma, yang mulai dihinggapi rasa takut, melampiaskan rasa takutnya itu dengan menghukum mati seluruh juru tafsir yang dipanggilnya, dengan cara membiarkan mereka mati kelaparan. Nezahualpili, penguasa Texcoco, yagn dianggap memiliki kekuatan supranatural, mengartikan peristiwa itu sebagai tanda bakal datangnya sebuah bencana yang akan menghancurkan kekaisran Aztec. Sewaktu Nezahualpili wafata tahun 1515, ia meninggalkan Moctezuma yang bingung dan cemas. Beberapa kejadian lainnya membuat penguasa Aztec itu kian ketakutan. Kuil Toci, dewi yang amat dipujanya, dilanda kebakaran. Air dananu bergolak dan menimbulkan gelombang besar. Padahal pada waktu itu tak ada hujan dan angin. Ketika malam turun, terdengar suara-suara aneh yang mengumandangkan kematian dan kehancuran. Tak tahan dihantui rasa takut, Moctezuma II pernah memutuskan untuk berlindung di Cincalco [surga dalam konsep Indian Mexico]. Pada saat-saat terakhir ia urung melakukan hal itu karena dicegah oleh penasehatnya. Menyaksikan kepanikannya, terbukti Moxtezuma adalah manusia biasa. Ketika dihadapkan pada situasi yang tak diketahuinya, ia meminta seluruh mimpi dan ilham yang diterima para pendeta ditafsirkan, sehingga ia memperoleh kejelasan tanda-tanda alam yang menyiksa dirinya. Memang agak sulit dipercaya kedatangan bangsa Spanyol sama sekali tidak diketahui oleh masyarakat Aztec. Padahal pada 1492, bangsa Spanyol sudah bermukin di Hispaniola dan Kuba, dan kemudian menguatkan diriya di pantai Venezuela dan Panama. Selama sekitar 20 tahun terakhir armada bangsa Eropa telah mondar mandir dari pulau-pulau dan sebagian pantai Benua Amerika. lagipula bila ada kapal karam, kano-kano suku Indian suka memergoki kapal bangsa Spanyol. Pada 1517, sebuah ekspedisi bangsa Spanyol menyentuh Pantai Yuucatan dan wilayah Campeche. Tahun berikutnya di bulan Mei, sebuah ekspedisi lainnya meninggalkan Kuba dan memasuki Teluk Mexico sampai ke Veracruz, sebelum berhenti di mulut Sungai Panuco. Di mata suku Indian, kedatangan bangsa Spanyol ini amat ganjil dan mereka menebak=nebak apa alsan di belakang invasi yang mendadak itu. Laporan yang sampai ke Moctezuma adalah sebuah gunung bergerak mengelilingi perairan Teluk Mexico. Merka telah melihat kapal bangsa Spanyol. Masalahnya sekarang adalah apakah gunung itu merupakan kembalinya dewa Quetzalcoatl dan para pengawalnya. Sekadar informasi, di tengah masyarakat Aztec hidup hikayat yang menuturkan Kekaisaran Tula runtuh bersamaan dengan menghilangnya Quetzalcoatl, Sang Ular Berbulu Tebal. Tapi pendeta setengah dewa itu suatu waktu akan kembali dari arah timur, sesuai dengan perputaran waktu. Legenda itu menguat kembali ketika bangsa Barat datang ke Wilayah Aztec. Dan Moctezuma II lebih banyak bersikap pasrah: Bagaimana ia dapat mempertahankan kekuasaan yang diwarisi oelh Quetzalcoatl kalau Quetzalcoatl sendiri datang untuk mengambilnya kembali?

Menjadi Peragu

Selama bertahun-tahun Moctezuma II menempatkan sejumlah orangnya di sepanjang pantai untuk mengamati kembalinya mereka
yang mungkin saja para dewa di bawah tuntuntan Quetzalcoatl. Ia sadar kedatangan Sang Ular Berbulu Tebal akan berakibat fatal terhadap para penyembah Huitzilopochtli. Dengan segala cara, ia berusaha menyelesaikan persoalan kedatangan kaum kulit putih itu. Soalnya bila ia membiarkan masalah begitu saja, maka dugaan masyarakat tentang kedatangan Sang Ular Bebulu Tebal akan menguat. Moctezuma II memutuskan cara terbaik menghadapi mereka adalah dengan memberikan hadiah-hadiah kepada para 'utusan dewa' itu. Maka ketika mengetahui pada April 1519 ada sebuah kapal melego jangkar tak jauh dari Veracruz, Mocteauma segera memberikan suplai makanan dan mengirimkan utusan untuk mencari tahu apa maksud kedatangan mereka. Ia memerintahkan agar para pendatang itu dihadiahi berbagai perhiasan, kerajinan bulu dan tentu saja pengorbanan manusia. Kendati merasa jijik dengan pengorbanan manusia, bangsa Spanyol memutuskan berhenti beberapa kilometer dari pantai. Moctezuma kemudian mengubah kebijakannya dan melakukan tindakan perlawanan dengan melepas dukun-dukun terbaiknya untuk menenung bangsa asing itu. Sebenarnya Moctezuma tak merasa pasti apa yang harus dilakukannya. Apakah ia harus menerima pendatang itu sebagai utusan dewa dan menerimanya dengan penuh hormat dan menawarkan kerjasama sebaik mungkin, atau sebagai musuh berat dan dengan segala cara berusaha mengusir bangsa Spanyol itu. Menurut para ahli sejarah, sikap ragu-ragu yang hinggap pada panglima perang dan penguasa tertinggi Aztec itu datang dari dirinya sendiri. Jauh di lubuk hatinya, Moctezuma percaya masa kejayaanny atelah berakhir. Hal ini menjelaskan mengapa sikapnya sering berubah-ubah, dari titik pasrah ke titik perlawanan. Dan kegamangan itu sudah tampak bahkan sebelum terjadi konfrontasi dengan bangsa Spanyol. Keyakinan Moctezuma dengan guratan nasibnya itu makin kuat karena ternayata bangsa Spanyol tak bisa ditembus dengan teluh yang dikirimkan dukun-dukun terbaiknya. Bangsa Spanyol terus mendekati Tenochtitlan. Ketika mencapai wilayah dataran tinggi, bangsa mereka memasuki wilayah yang dikuasai oleh suku Tlaxcala. Pada awalnya mereka disambut dengan perlawanan dari penduduk setempat karena dikira sekutu baru Moctezuma. Tapi setelah terkesima dengan kekuatan senjata api dan ketangguhan bangsa Spanyol, suku Tlaxcala segera memutuskan untuk mendukung bangsa asing itu melawan Triple Alliance.

Serangan Mendadak

Pemimpin armada Spanyol itu, Hernan Cortes jeli memanfaatkan situasi tersebut. Ia menjalin kerjasama dengan suku-suku yang memberontak terhadap kek
aisaran Aztec. Bangsa Spanyol akhirnya di terima dengan penuh keramahan di Tlaxcala. Hernan Cortes memutuskan beristirahat di sana, sekaligus mencari tahu kondisi terakhir peta politik di dataran tinggi Mexico. Setelah itu, Hernan Cortes cs. bergerak lagi, dan berhenti di Cholula, yang pada saat itu menjadi sekutu Triple Alliance. Penduduk setempat dikagetkan dengan keberingasan tentara Spanyol yang membantai habis penguasa mereka. Pasalnya par apetinggi itu diduga berkomplot untuk menyerang pasukan Spanyol. Setelah menundukkan Cholula, merek abergerak lagi menuju Chalco. Di sini mereka diterima dengan keramahan dan diberikan berbagai macam hadiah. Mereka bahkan mendapatkan dukungan dari suku Chalco untuk melawan Aztec, suku yang menundukkan mereka pada zaman Moctezuma I. Kembali bangsa Spanyol melanjutkan invasinya. Kali ini mereka mencapai Coyoacan, yang menjadi pintu gerbang ke lembah Mexico. Di sini mereka disambut dengan dukungan suku Tenapec yang juga bernafsu untuk menundukkan Aztec. Suku Chalca, Tlaxcala dan Tenapec, semuanya haus untuk melakukan balas dendam kepada Aztec. Jalan terbuka lebar buat bangsa Spanyol. Selain itu Cortes tahu betul apa yang menjadi kelemahan pemerintahan Aztec. Dalam persenjataan, Aztec kalah jauh dengan kekuatan pasukannya. Moctezuma juga selalu diliputi keraguan. Dan terakhir, ia bisa memanfaatkan kebencian suku-suku yang selama ini berada di bawah pengawasan Aztec. Hernan Cortes lantas melihat kemungkinan membentuk konfederasi suku Indian untuk melawan suku Aztec. Setelah membangun kota pertama Spanyol di Veracruz, Hernan Cortes dipilih oleh dewan perwakilan [yang sebenarnya pasukannya sendiri] dan mendapat kekuatan administratif, hukum dan militer untuk menaklukkan dan memerintah Aztec. Langkah selanjutnya yang dilakukan Cortes adalah menenggelamkan seluruh kapalnya, hingga anak buahnya tak bisa melarikan diri mau tak mau harus menetap di kawasan musuh. Pada saat yang sama Moctezuma, yang selalu berubah-ubah sikapnya itu, memanggil penguasa Texcoco dan Tacuba untuk menyelenggarakan pesta penerimaan yang meriah. Seluruh pemuka masyarakat dan pangeran diundang untuk menghadiri kedatangan bangsa Spanyol. Moctezuma yang dikelilingi oleh pembantu-pembantunya dan sejumlah besar budak yang membawa barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada dewa, datang menemui Cortes. Moctezuma mengalungkan kalung emas dan batu berharga di leher Cortes. Ia juga memberikan karangan bulu yang indah. Kemudian keudanya masuk ke dalam kuil yang ada di dekat situ. Di dalam kuil telah menunggu pembesar TExcoco dan Tacuba. Segera setelah Hortes masuk, mereka menyembahnya seperti mereka menyembah dewa Huitzilopochtli. Moctezuma kemudian berpidato. Dalam pidato selamat datang itu ia menyebut dirinya sebagai wakil 'ayahnya', dewa Quetzalcoatl, di dunia. Cortes menjawab ia datang ke tanah Mexico sebagai utusan seorang kaisar yang menguasai sebagian besar dunia, dan atas nama Tuhan YME. Dari upacara penyambutan itu, jelas terlihat sang penguaza Aztec dan pemimpin pasukan Spanyol tak memegang aturan main yang sama. Yang pasti, Moctezuma menunjukkan sikap tunduk kepada Cortes. Prosesi kemudian dilanjutkan di Tenochtitlan. Pasukan Spanyol disambut para pendeta, suara terompet dan gemerincing kulit kerang. Pendek kata meraih. Moctezuma sama sekali tak mengira Cortes telah menyusun strategi sendiri. Setelah ia dan anak buahnya ditempatkan di Istana Axayacatl, mereka segera menyergap Moctezuma dan pembesar lainnya dan diawasi secara ketat. Tapi itu baru permulaan. Atas anjuran sejumlah penasehatnya, Cortes merencanakan sebuah serangan mematikan secepat mungkin. Hingga Aztec tak sempat menyiapkan kekuatan pasukannya. Saat penyerangan lantas ditentukan, yakni ketika pasukan Spanyol diminta menghadiri ritual penghormatan terhadap Huitzilopochli. Pada saat itu hampir semua pemuka Aztec berkumpul. Dengan demikian mereka tak perlu membuang banyak tenaga. Dikabarkan saat itu pasukan Spanyol berhasil membunuh hampir 10.000 kaum bangsawan Aztec. Segera setelah itu, giliran para penguasa dilenyapkan. Moctezuma ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Kemudian ia dibuat cedera oleh orangnya sendiri [konon ini merupakan siasat agar Moctezuma tak dihukum mati oleh pasukan Spanyol]. Cacamatzin, penguasa Texcoco, dan gubernur Tlatelolco digantung oleh bangsa Spanyol.

Serangan Balasan

Tapi para ptinggi Aztec yang berhasil menyelamatkan diri tak langsung menyerah. Mereka sebaliknya terbakar untuk mengusir orang-orang asing itu. Mereka pertama kali dipimpin oleh Cuitlahuac, dan kemudian digantikan oleh Cuauhtemoc. Pejuang Aztec mengurung istana-istana yang didiami oleh bangsa Spanyol dengan tujuan membunuh mereka semua.
Namun Hortes cs. berhasil lolos dari lubang jarum. Pada 30 Juni 1520, mereka berhasil meloloskan diri dari kepugan pejuang Aztec. Malam itu memang gelap total, bulan tak muncul dan hujan turun lebat. Kendati menderita kekalahan besar, mereka berhasil menyeberangi danau dan selamat sampai di daratan. Melihat bangsa Spanyol kucar kacir dan lari ke daratan, pejuang Aztec mengira mereka telah berhasil mengusir bangsa Spanyol untuk selamanya. Dikisahka
n Cortes menangis ketika mengetahui berapa banyak ia kehilangan anak buahnya. Tapi Cortes tak mau begitu saja menyerahkan Tenochtitlan yang sempat digenggamnya itu. Ia menuyusun strategi baru. Ia menyerang Otumba, kota yang membuka rute ke Tlaxcaca. Di kota itu ia membantai habis pejuang Aztec. Setelah mencapai Tlaxcala, Cortes menyiapkan penyerangan besar-besaran ke ibukota Aztec. Sekali lagi ia memanfaatkan perpecahan yang terjadi di kalangan suku Indian. Panglima perlawanan suku Aztec, Cuauhtemoc gagal menyatuka seluruh suku Indian untuk melawan bangsa Spanyol. Suku Texcoco, Chalca dan Tepanec - yang pernah dipermalukan oleh penguasa Tenochtitlan, berpihak ke bangsa Spanyol. Boleh dibilang keruntuhan Triple Alliance terjadi karena persaingan yang ada di antara para penguasa Indian. Sebaliknya suku Indian sendiri terlalu lugu ketika dihadapkan pada kelicikan bangsa Spanyol. Yang paling telak adalah suku Tlaxcala yang percaya betul bangsa Spanyollah yang membantu mereka untuk melenyapkan Aztec. Mereka tak pernah menyangka mereka akan menjadi korban berikutnya. Dengan bantuan suku Chalca, Texcoco dan Tepanec, Cortes mengepung kota Tenochtitlan selama tiga bulan penuh. Tapi untuk menundukan penjuang Aztec, ia tetap harus bekerja keras. Sejumlah penyerangan dilangsungkan ke Tenoctitlan. Padahal waktu itu penduduk Tenochtitlan telah diserang kelaparan dan wabah penyakit. Tenochtitlan jatuh pada 13 Agustus 1521. Menurut cerita sejarah, hampir semua bangsawan Aztec menemui Aztec. Yang tersisa cuma sejumlah bangsawan dan yang sebagian besar masih anak-anak atau masih sangat muda. Cuauhtemoc, kaisar terakhir Aztec, ditangkap dan dibiarkan hidup untuk beberapa waktu, tapi kemudian digantung dengan tuduhan menggalang pemberontakan. Kekaisaran Aztec telah runtuh. Cortes memusatkan pikirannya untuk membangun kembali Tenochtitlan dan mengangkat dirinya sebagai gubernur Spanyol Baru pada 1522. Tentara Conquistador [Penakluk] itu menggantikan Triple Alliance. Tak ada lagi pergeseran koalisi. Persenjataan, taktik dan enerji Spanyol memang memegang peran penting dalam penaklukan Tenochtitlan. Tapi mereka juga tak bisa melupakan peran penduduk asli yang berkoalisi dengan mereka. Mudah ditebak, sejumlah bangsawan Indian kecewa dengan pendudukan bangsa Spanyol di negeri mereka. Beberapa pemberontakan muncul.

[disadur dari Majalah HAI 45/XVII 16 November 1993]

13 August 2008

AZTEC, Runtuhnya Sebuah Kekaisaran [part 3]

AZTEC MENAKLUKKAN DUNIA
Inilah periode paling berdarah dalam sejarah Aztec. Ribuan manusia dikorbankan hanya untuk peresmian Kuil Agung. Dan ketika bertempur, pasukan Aztec tak pernah Menyisakan tawanan perang .

Kematian dua tokoh penentu, Moctezuma dan Nezahuatcoatl, yang telah bersekutu ini, menyebabkan predikat Triple Alliance ikut terkubur. Apalagi setelah itu kekaisaran Aztec dipegang oleh orang-orang yang lemah.
Di tangan mereka, wibawa Aztec melorot cepat. Pemberontakan terjadi di berbagai tempat. Krisis paling serius pada 1973. Pada tahun itu, Tlatelolco, kota niaga di Mexico, memberontak terhadap kekuasaan pust di Tenochtitlan. Para ahli sejarah menduga penguasa di kota niaga itu tak lagi merasa cukup dengan pembagian upeti dan sudah merasa bosan di bawah naungan Tenochtitlan.
Namun, Axayacatl, pengganti Moctezuma, mempu mematahkan perlawanan di kota dagang itu, sekaligus mengetatkan kontrol. Namun Axayacatl membiarkan penduduk Tlatelolco yang terkenal aktif berdagang berkelana ke pelosok Mexico. Hingga Tlatelolco tetap menjadi pusat perdagangan emas, perak, batu berharga, tembakau, budak dan sebagainya saat bangsa Spanyol mendarat di Mexico.
Pemerintahan Teror

Axayacatl merasa ketagihan dengan kemenangan itu. Ia lalu mencoba kekuatan pasukanya dengan meyerang ke kawasan di barat dan barat laut. Namun rentetan penyerangan yang dilakukannya selalu menemui kegagalan. Suku Tarascan yang berdiam
di Michoacan ternyata bukan lawan yang enteng. Pengganti Axayacatl, Tizoc, juga tak lebih baik. kaisar ini memegang kekuasaan cuma sebentar dan kemudian meninggal. Kembali pemberontakan meruyak di berbagai tempat.
Ia digantikan o
le Ahuitzotl pada 1486 dan langsung memimpin penyerangan ke sejumlah provinsi yang melakuakn pemberontakan. Berbeda dengan dua pendahulunya, gelombang penyerangan yang dilakukan Ahuitzotl berfungsi ganda. Selain utnuk menumpas pemberontakan, ia juga mencari tawanan perang untuk diserahkan kepada kaum pendeta untuk dikorbankan kepada para dewa. Soalnya pembangunan Kuil Agung, yang dikerjakan sejak zaman Moctezuma I sudah mendekati penyelesaian dan harus diresmikan dengan pergorbanan besar-besaran.
Ahuitzotl menerjemahkan kata 'besar-besaran' dalam arti sesungguhnya. Beberapa sumber sejarah menyebutkan 80.400 manusia dikorbankan dalam peresmian Kuil Agung yang langsung empat hari. Kendati angka ini terlalu dibesar-besarkan, tapi memang dapat dipastikan ribuan manusia dikorbankan dalam dalam peresmian yang dilakukan pada 1487. Tawanan perang berbaris dari utara dan selatan, timur dan barat, menuju ke arah pusat kota.
Ahuitzotl membuka ritual pengorbanan itu. Dikelilingi para penguasa suku Texcoco dan Tacuba, di puncak Kuil Agung ia menghunjamkan pedangnya ke dada seorang tawanan. Ia melakukan itu berulang kali. Setelah ia bosan, sejumlah pendeta meneruskan pembantaian. Situasi itu sangat mengerikan dan mencekam. Di sekeliling kuil para pembantai menari dan bernyanyi bersama. Mereka sama-sama mengenakan perhiasan yang menyimbokan pemujaan terhadap dewa. Darah mengalir di dinding dan tangga kuil yang berbentuk piramid itu. Bau menyengat yang keluar dari mayat dan potongan tubuh korban merebak ke sekeliling kuil. "Dalam sejarah umat manusia, tak ada yang bisa menandingi pembantaian massal ini", tulis Alva Ixlilxochitl, seorang pengamat sejarah, satu abad setelah bangsa Spanyol mendarat di Mexico.
Ada ada beberapa alasan mengapa suku Aztec seolah menjadi masyarakat yang terobsesi oleh darah. Faktor paling utama adalah mereka amat takut terhadap para dewa dan kosmos kehidupan mereka. Dalam kepercayaan suku Aztec, para dewa dan dunia
itu tak bersifat abadi. Karena itulah mereka selalu menyediakan makanan kepada dewa dan mnyuntikkan energi kepada dunia hingga segar kembali. Pengorbanan itu juga untuk menjamin datangnya hujan dan kesuburan tanah.
Pada saat upacara berlangsung baik pendeta dan korban muncul dengan sejumlah atribut yang melambangkan kekuatan para dewa. Dan memang di mata masyarakat Aztec, pada saat itu mereka menjlma menjadi dewa. Tawanan perang yang dikorbankan bukan cuma tawanan perang. Mereka sudah menyatu dengan dewa.
Pengorbanan besar-besaran itu melambangkan sumber vital energi yakni 'air berharga', dalam hal ini darah. Menurut masyarakat Aztec, kosmos membutuhkan hal itu. Dan agar kosmos terus bekerja, kebutuhan energinya harus disuplai secara teratur melalui ritual yang diatur sampai ke menit-menitnya.
Pembantaian manusia secara massal itu juga berfungsi sebagai instrumen pemerintahan. Penguasa Aztec menggunakan sistem teror dalam menjalankan pemerintahannya. Dan pada saat yang sama, pembantaian juga cara untuk melenyapkan musuh yang paling berbahaya, yaitu para pemimpin dan para pejuangnya pihak musuh.
Dalam satu sisi, masyaraka
t Mexica kuno adalah masyarakat 'visual'. Kekuasaan diekspresikan dan dipamerkan bukan melalui birokrasi yang rumit dan kompleks, tapi melalui pameran kekuatan sang penguasa. Dengan kata lain, masyarakat Aztec melakukan semua itu untuk mengokohkan keberadaan mereka di Lembah Mexico. Pembinasaan ratusan jiwa manusia, pada satu sisi, adalah bentuk kekuasaan yang ditunjukkan bagi masyarakat jajahan dan masyarakat sekitar.

Perebutan Pengaruh Selain pembunuhan besar-besaran, pesta hura-hura dalam skala yang sama juga dilangsungkan. Seluruh upeit yang diterima dalam satu tahun dihabiskan pada waktu itu. Dalam masyarakat Azrec, perang, upeti dan pengorbanan manusia merupakan tiang-tiang penyangga sebuah sistem yang menghubungkna antara pemerintahan manusia dengan regenerasi kosmos.
Tujuan ganda - meluaskan wilayah kekuasaannya dan penyediaan makanan untuk pada dewa - menyebabkan Ahuitzotl melakukan ekspansi tiada henti. Gelombang penyerangan kembali dilakukan dengan frekuensi yang meningkat. Serangan pertama kali dilakukan ke arah selatan, menuju negeri-negeri panas di tepi Lautan Pasifik.
Penduduk di wilayah itu berhasil ditundukkan. Mereka diminta mengembangkan perkebunan coklat, komoditi berharga yang dikhususka
n untuk para bangsawan, dan menjaga batas-batas negeri dari ancaman Tarascan yang ganas.
Ahuitzotl terus bergerak meluaskan wilayah kekuasaannya. Antara 1491 dan 1495, ia menaklukkan sejumlah negeri yang berada di tepi pantai Pasifik. Salah satunya Oaxaca, provinsi yang sudah dicoba ditaklukkan pada zaman pemerintahan Moctezuma. Provinsi itu mendatangkan emas, kapas dan coklat ke Lembah Mexico.
Lebih ke selatan, kota Zapotec yang didiami suku Tehuantepec menjadi sasaran berikutnya. Untuk menaklukkan pusat perdagangan penting ini, Ahuitzotl menyipakan ekspedisi yang paling jauh, yang menyebabkan persoalan-persoalan logistik, administrasi dan koordinasi pasukan yang tak terpikirkan sebelumnya, muncul.
Kebetulan pada 1500, su
ku Tehuantepec meminta bantuan Ahuitzoatl untuk melindungi mereka dari ancaman Soconusco, suku yang berdiam di wilayah yang sekarang ini menjadi perbatasan Guatemala. Dari Mexico City, jaraknya lebih dari seribukilometer. Bagi Ahuizotl ini merupakan penyerangan yang paling sulit. Ia bukan saja harus menyiapkan persediaan makanan dalam jumlah besar untuk pasukannya, tapi juga karena pemimpin Tacuba dan Texcoco tak mau terlibat penyerangan ini. Toh ia tak saja berhasil melindungi suku Tehuantepec, tapi juga mampu menundukkan Soconusco. Karena sepak terjangnya itu, kekuatan militer memang lebih banyak berada di tangan Ahuitzotl ketimbang sekutunya. Nezahualpili, yang memimpin kota Texcoco.
Ahuitzotl menghentikan gerak ekspansinya di sini. Soalnya ia tak memiliki pasukan lagi. Laskar lain sedang bertempur di garis pertempuran yang lain, seperti Puebla, Huexotzingo dan Tlaxcala. Walau ketiga negeri itu telah ditundukkan, ia harus menempatkan pasukkannya di sana untuk memelihara kemenangan.
Selain itu juga harus memperhatikan pertambahan jumlah penduduk di negerinya sendiri. Artinya ia harus meningkatkan produksi pertanian. Ahuitzotl lalu membangun sejumlah proyek irigasi berskala raksasa. Ia mengalirkan sumber-sumber air tawar ke arah danau. Tapi pembangunan yang ambisius itu berakhir dengan kegagalan.

Pada 1500, sebuah banir besar melanda Tenochtitlan. Rumah-rumah berikut kebun-kebunnya hancur, dan terpaksa ditinggalkan para bangsawan yang memilikinya. Ahuitzotl terpaksa meminta saran sekutunya, Texcoco. Nezahuapili, putra Nezahualcoyotl yang bijak itu, mengusulkan agar Ahuitzotl menghancurkan saluran-saluran air yang dibangunnya. Selain itu untuk menyenangkan hati para dewa yang murka, Nezahualpili menasehatkan agar Ahuitxotl melangsungkan sejumlah upacara meminta maaf kepada para dewa. Akhirnya Ahuitzotl, yang ahli strategi perang harus tunduk karena kebijakan Nezahualpili. Air pun menyurut dan Ahuitzotl memutuskan untuk membangun kembali ibukotanya.
Kelompok-kelompok peerja pun didatangkan dari seluruh kota yang ada di Lembah Mexico. Mereka inilah yang membangun istana-istana indah yang semarak dengan cat-cat warna cerah dan taman-taman hijau. Di pinggiran kanal ditanam pohon-pohon rindang. Bendungan diperkuat. Pendek kata Tenochtitlan muncul dengan wajah sumringah, yang menyiratkan kekayaan dan kebesaran kekaisaran Aztec.
Namun kekuasaan Ahuitzotl tak sekuat dulu. Bencana banjir itu dimanfaatkan oelh Nezahualpili untuk menunjukkan bahwa ia memiliki keku
atan supranatural yang tak bisa dipandang enteng oelh Ahuitzotl. Kendati pun yang terakhir ini memegang supremasi militer.
Nezahualpili berhasil naik ke posisi yang dipegang ayahnya dulu. Ia lantas dikenal sebagai orang yang berpengetahuan luas dan memiliki sejumlah kekuatan magis. ia misalnya, telah mendapat 'petunjuk' bahwa 'putra-putra matahari [bangsa Spanyol] bakal datang ke negeri mereka. Ia juga diyakini tak pernah mati. Ia menghilang di sebuah gua misterius.
Tapi sebenarnya kehidupan keluarganya tak terlalu menggembirakan. Ia terpaksa mengeksekusi permaisurinya, karena tak mematuhi peraturan yang ditetapkannya. Ia memiliki tak kurang dari 2000 gundik yang memberinya 144 anak. Pada masyarakat Aztec, perkawinan poligami hanya boleh dilakukan oleh kaum bangsawan. Tapi untuk keluarga kerajaan, boleh dibilang tak asa batasan istri yang bisa dimiliki, karena keluarga kerajaan dikatakan mempunyai sifat-sifat dewa.
Perubahan Strategi
Mempertahankan, kata orang, lebih sulit ketimbang merebut. Itu agaknya yang berlaku bagi Ahuitzotl. Ia memang berhasil meluaskan wilayah kekuasaan Aztec. Tapi tak mempunyai jaringan yang kuat untuk mempertahankan koloni yang telah dikuasainya. Ia cuma bersandar pada loyalitas penguasa lokal.
Akibatnya, sedikit d
emi sedikit, wilayah kekuasaannya, terutama yang berada jauh dari pusat pemerintahan, lenyap dicomot oleh kerajaan besar lainnya. Misalnya yang terjadi di Lembah Puebka. negeri Tlaxcala dan Huexotzingo melepaskan diri dari kontrol Tenochtitlan. Di wilayah timur laut dan barat daya, suku Tarascan siap menghentikan gerakan pasukan Aztec.
Karena tak ada kontrol, timbulnya pemberontakan selalu ada. Akhirnya perluasan wilayah kekuasaan justru menyebabkan munculnya lingkaran setan. Pembangunan dan pertambahan penduduk yang berlangsung di Lembah Mexico menyebabkan naiknya kebutuhan dan permintaan.
Namun penguasa Aztec juga yakin bahwa kekuatan kekaisaran amat bergantung pada upeti. Dengan kata lain, mereka harus terus melakukan ekspansi untuk mempertahankan kejayaannya. Tapi kian hari penyerangan yang dilakuakn makin jauh jarakanya. Hingga keselamatan pasukan kian terancam, dan biaya perang makin melonjak.
Dalam kondisi seperti itulah Ahuitzotl meniggal. Ia digantikan oleh Moctezuma II. Amat percaya dengan firasat dan kekuatan supranatural, Moctezuma II amat religius. Ketaatannya pada religi hanya bisa ditandingi dengan kecintaannya pada kekuasaan. Moctezuma II naik tahta pada 1502. Ia langsung mengambil langkah-langkah radikal dalam perekrutan menter-menteri pemerintahan. Semua pejabat yang diangkat oleh Ahutzotl, pamannya, dilenyapkan. mereka digantikan oleh sejumlah anak muda yang diambil dari keluarga terbaik. Dengan demikian lingkaran kekuasaan makin dimonopoli kaum bangsawan. Sedang etiket di kalangan kerajaan pun makin ketat.
Di bawah Moctezuma II, memang berubah. Kekuasaan berusaha dikembalikan ke tangan kaum bangsawan dan pemuka agama. Pada saat itu dua golongan masyarakat itu telah resah dengan makin besarnya pengaruh kaum pedagang terhadap jalannya roda pemerintahan yang meuncul karena perluasan wilayah kekaisaran Aztec.
Sedang untuk dunia luar, Moctezuma II menggunakan seluruh kekuatan militernya utnuk menguasai dan mengontrol wilayah-wilayah yang belum ditaklukkan. Para pendahulunya seringkali meninggalkan lubang-lubang, yang menyebabaklan antaran upeti kerap lenyap di perjalanan.
Moctezuma II melakukan penyerangan ke selatan dan Pasifik untuk menundukkan suku Yopis. Ini untuk meloncat ke suku Tutunepec, suku yang cukup berkuasa di wilayah itu. Lalu ke arah utara untuk menundukkan suku Metztitlan. Hasil penyerangan itu beragam. Tutunepec masih bisa mempertahankan sejumlah teritorinya. Sedangkan Yopis mampu ditaklukkan total. Lalu Metztitlan kehilangan sejumlah posisi kunci. Moctezuma II juga berusaha memperkuat cengkramannya di provinzi Oaxaca. Caranya dengan menyerbu kota-kota di sana secara mendadak dan membantai seluruh penduduknya. Ia menganggap dengan membunuh seluruh populasi yang ada, ia menghilangkan ancaman pemberontakan, juga sekaligus menjamin kelancaran aliran upeti ke Tenochtitlan.
Moctezuma seperti tak terhentikan. Ia menyerbu suku Huexotizingo dan Tlaxcala, yang berdiam di balik pegunungan berapi yang mengelilingi Lembah Mexico. Sebenernya Moctezuma I telah mencoba menundukkan kedua suku ini, namun gagal. Ia hanya berhasil memutus jalur perekonomian kedua negeri itu. Moctezuma II menyerbu Huexotizingo antara 1508 dan 1513. Sedang Tlaxcala diserang pada 1515. Tapi upayanya itu tak terlalu berhasil. Namun di masa pemerintahan Moctezuma II, kekaisaran Aztec telah menguasai wilayah seluas hampir 200.000 km persegi yang dihuni beberapa juta manusia. Sedang Tenoctitlan sudah menjadi kota besar. Penduduknya menigkat dua kali lipat, dari 150 ribu menjadi 300 ribu jiwa.
Moctzuma II boleh dibilang kaisar paling berhasil dalam sejarah Aztec. Tapi pada masa pemerintahannyalah bangsa Spanyol mendarat di Mexico. Mampukah ia menahan gerakan 'putra-putra matahari ' itu?

[Disadur dari Majalah HAI 44/XVII 9 November 1993]

12 August 2008

AZTEC, Runtuhnya Sebuah Kekaisaran [part 2]

PEMERINTAHAN BERDARAH MOCTEZUMA
Kenaikkannya ke tahta kekuasaan ditandai dengan bencana berkepanjangan. Dan selama 28 tahun pemerintahannya, Aztec tak pernah berhenti berperang. Toh Moctezuma disebut sebagai arsitek yang membangun Kekaisaran Aztec.


Penggabungan tiga kekuatan - Mexica, Tacuba dan Texcoco - memang ampuh. Persekutuan yang dikenal dengan sebutan Triple Alliance [TA] ini segera meluaskan wilayahnya dengan menundukkan kerjaan-kerajaan kecil di Lembah Mexico. Hanya dalam waktu 15 tahun, TA telah menjelma menjadi kekaisaran dengan kekuatan yang harus diperhitungkan.
Pada tahun itulah, 1440, Moctezuma naik tahta menggantikan Itzcoatl. Seperti penguasa sebelumnya, Moctezuma I yang naik kursi kekuasaan pada usia 40 tahun, juga berupaya meluaskan wilayah kekaisa
ran Aztec dengan menggempur suku-suku di sekitar lembah. Segera setelah memegang kekuasaan tertinggi di Aztec, ia memerintahkan bala tentaranya menyerang Chalca, sebuah suku yang berdiam di kaki gunung-gunung berapi yang tertutup salju di sebeleha tenggara Lembah Mexico. Tapi perang tak berlangsung lama, karena Lembah Mexico dilanda serangkaian bencana yang berlangsung hampir delapan tahun.

Perang Suci

Sewaktu Moctezuma mengirimkan pasukannya ke Chalca, Lembah MExico justru diserbu kawanan belalang. Jutaan belalang memporakporandakan pertanian Aztec. Tahun itu, 1446, seluruh hasil jagung dihasilkan oleh belalang.
Belum lagi sembuh oleh serangan belalang, Lembah Mexico dilanda banjir besar pada 1449. Kemudian serangkaian musim dingin yang membekukan dan gangguan serangga datang silih berganti mulai 1540 sampai 1454. Kemarahan alam yang berkepanjangan itu menyebabkan kekaisaran Aztec dilanda kelaparan dahsyat, yang berlangs
ung bertahun-tahun.
Menurut catatan sejarah, bangsa Aztec begitu tercekam dengan bencana itu. Sampai 150 tahun setelah bencana itu, rakyat Aztec masih teringat jelas dengan burung-burung bangkai yang mengitari lembah dan menyantap mayat-mayat yang bergelimpangan di berbagai tempat.
Bencana luar biasa itu sempat menggoyahkan pemerintahan Moctezuma. Soalnya karena begitu hebatnya kemarahan alam, kalangan penguasa tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong rakyatnya. Hingga rakyat merasa diabaikan, dan mulai tak percaya dengan pihak penguasa. Padahal selama ini kekaisaran Aztec bersandar pada kepercayaan rakyatnya. Untunglah pada 1455 hujan turun secara teratur. Pertanian pun kembali pulih. Kebetulan tahun itu juga merupaka tahun terakhir dari putaran 52 tahun. Suku Aztec percaya, setiap kali putaran 52 tahun itu berakhir, duania terancam lenyap. Pada tahu itu, makhluk-makhluk alam maya keluar dan siap menyergap manusia dan menguas
ai jagat raya.
Serangan tzizimime, begitu makhluk-makhluk itu disebut, baru bisa dihindari bila seluruh kuil menyalakan api. Seluruh kuil
menyalakan api, dan bumi tak jadi lenyap. Karena itulah penguasa Aztec, menganggao bencana yang datang berturut-turut itu muncul karena kemarahan para dewa.
Untuk menyenangkan hati pada dewa, Moctezuma kembali melakukan penyerangan ke negeri-nege
ri tetangga. Berbeda dengan penyerbuan sebelumnya, serangan kali ini tak melulu bertujuan meluaskan wilayah kekuasaan. Tapi lebih dititikberatkan pada pencarian tawanan, yang nantinya dijadikan untuk persembahan kepada dewa.
Selain itu pertempuran dimanfaatkan untuk melatih tentara Aztec untuk menggempur wilayah yang terletak lebih jauh lagi. Bagi pasukan Aztec sendiri, penyerangan ke sejumlah negeri di sekitar lembah merupakan tugas suci, karena mereka bertempur demi para dewa.
Karena itulah Moctezuma menamakan serangkaian perang yang dikomandoinya itu sebagai Perang Bunga-Bunga. Seak itu kawasan sekitar lembah tak pernah sepi dengan peperangan antara Aztec dan masyarakat di Lembah Puebla. Dan baru berakhir ketika orang-orang Spanyol mendarat di sana memanfaatkan kondisi itu untuk menguasai Lembah Mexico.
Tapi Perang Bunga-Bunga itu kerap kali tumpang tindih dengan pertimbangan ekonomi dan strategi politik. Ini terlihat ketika pasukan Aztec menyerbu negeri-negeri kaya di kawasan tropis, yang justru menampung ribuan pengungsi ket
ika embah Mexico dilanda kelaparan.
Negeri-negeri tropis yang tersebar di kawasan Teluk Mexico itu kaya akan bulu hias, batu berharga, kapas dan kain warna warni. Semua itu merupakan benda-benda yang digemari oleh golongan bangsawan di Aztec.
Moctezuma memulai serangan ke Teluk Mexico dari arah tenggara. Korban pertama adalah Coixlahuaca, sebuah kota yang terkenal karena aktivitas perdagangannya, yang ditundukkan pada 1458. Kota ini memang m
enjadi pintu gerbang ke Mixtec - sebuah wilayah yang mewarisi peradaban kuno, komplet dengan perhiasan emasnya - sampai ke pelosok Guatemala.
Pasukan Moctezuma kemudian mengerahkan kekuatannya ke wilayah bagian timur. Mereka berhasil memaksa suku Huaxtex dan Totonac untuk membayar upeti. Setelah itu, bala tentara Aztec menyeberang ke negeri-negeri yang berada di balik pegunungan berapi. Serangan yang berlangsung sejak 1466 ini juga berkaitan dengan kepentingan ekonomi dan strategi politik.
Soalnya kota yang dijadikan sasaran adalah Tepeaca, yang menjadi pusat lalu lintas untuk wilayah timur da tenggara. Penyerahan upeti dan penaklukan tempat-tempat penting menunjukkan bagaimana kepentingan ekonomi juga menjadi faktor utama gerakan pasukan Moctezuma.

Pengorbanan Manusia
Moctezuma menjalankan taktik 'pukul dan tinggalkan' dalam meluaskan wilayah kekuasaanya. Ia tak meninggalkan sejumlah tentaranya di negeri yang berhasil ia tundukkan. Ia bahkan tak mengangkat seorang gubernur Aztec di wilayah itu. Moctezum
a cuma meninggalkan seorang pejabat yang bertugas mengumpulkan upeti dan memastikan upeti itu dikirimkan ke Tenochtitlan.
Di luar itu, suku Mexica dan sekutunya menghormati penguasa lokal. Mereka juga tak mengubah tradisi dan lembaga-lembaga yang ada di daerah yang bersangkutan. Mereka
juga tak memaksakan penduduk setempat menyembah dewa-dewa suku Mexica. Mereka membiarkan masyarakat pendudukan menjalankan ritual yang dijalankan di sana. Tapi Moctezuma sama sekali tak mengizinkan daerah taklukannya itu membangun kekuatan bersenjata. Mereka hanya diizinkan untuk membentuk pasukan elite - yang berisi kstaria jaguar dan kstria elang - yang terlalu kecil untuk melakukan pemberontakan.
Kendati begitu pemberontakan toh terjadi di sejumlah tempat. Soalnya pengiriman upeti bukanlah hal yang mudah. Rombongan pengantar upeti itu harus berjalan ratusan kilometer. Perjalanan itu sendiri amat berat, karena harus naik turun gunung, melewati dataran rendah yang kering dan membekukan, menerobos hutan yang amat lebat dan amat sulit ditembus. Dan pada saat i
tu, kereta atau hewan pengangkut seperti kuda atau keledai belumlah dikenal. Hingga semua benda-benda upeti harus dipanggul oleh manusia. Dengan demikian tak heran kalau sejumlah penguasa lokal mencoba melepaskan diri dari genggaman kekuasaan Aztec. Tapi pemberontakan itu cuma melahirkan pembalasan yang brutal dan biasanya berakhir dengan hukuman upeti yang lebih besar.
Secara sadar Moctezuma menciptakan dua citra sekaligus ke hadapan daerah taklukannya. Wajah pertama adalah kekuatan menekan yang ditampilkan lewat kebengisan tentara. Sedang imej kedua, otoritas, dibangun lewat negosiasi dan teror.
Yang terakhir dijalankan secara sadis. Para penguasa daerah yang belum berada di bawah kekuasaan Aztec diundang untuk menghadiri pengorbanan manusia yang dilangsungkan di Tenochtitlan. Diterima secara mewah dan penuh hormat, tamu-tamu itu diajak menyaksikan bagaimana manusia - yang tak jarang saudara mereka sendiri yang menjadi tawanan perang - dipersembahkan kepada dewa-dewa kota Tenochtitlan. Mereka tak bisa menolak undangan tersebut, karena penolakan bakal segera diartikan sebagai pernyataan perang.

Tulang Punggung
Namun TA juga tahu bagaimana memelihara kerjasama dengan wilayah-wilayah yang dikuasainya di Lembah Mexico. Sebagai
upah, rombongan pengantar upeti diberikan sebagian hasil rampasan perang. Rombongan yang datang dari wilayah yang lebih jauh mendapat perlakuan yang lebih istimewa, untuk menjaga loyalitas mereka. Lalu daerah-daerah yang berada di pinggir wilayah kekaisaran Aztec dipercaya untuk menjaga perbatasan. Sebagai imbalannya, mereka dibebaskan dari kewajiban membayar upeti.
Kendati ada
beberapa pengecualian, rombongan pembawa upeti seolah tak pernah terputus memasuki Tenochtitlan. Ibukota kekaisaran Aztec pun dipenuhi dengan berbagai benda yang pernah dihasilkan dan dipakai di zaman Mexico kuno. Puluhan ribu ton makanan, lebih dari 100 ribu pakaian yang dibuat dari kapas, lebih dari 30 ribu gulung bulu hias, dan sejumlah besar benda berharga mengalir ke Tenochtitlan setiap tahun.
Diawasi oleh p
etugas pengawas pajak lokal yang berada di titik keberangkatan, upeti yang dibawa dihitung dengan teliti. Mengenai perhitungan ini adpat ditemui di sejumlah manuskrip yang ditemukan para ahli sejarah Mexico.
Barang-barang it
u digunakan untuk sejumlah keperluan. Pada masyarakat yang tak membedakan antara kerja dan ritual keagamaan, sebagian upeti dipakai untuk perayaan-perayaan agama. Sekedar informasi, Aztec mengenal lebih dari dua sampai tigaratus ritual kegamaan dalam setahun.
Sebagian lagi dipakai untuk membiayai administrasi pemerintahan, untuk membantu rakyat dan untuk menutup biaya yang dikeluarkan pada saat perang. Sisanya diputar lagi dalam perdagangan dan ditukar dengan berbagai jenis barang lainnya.
Pada setiap upeti terdapat sejumalh tenaga kerja. Dengan inilah Moctezuma membangun sejumlah proyek besar di ibukota Aztec, Tenochtitlan. Dengan demikian kekaisaran Aztec tumbuh seperti jaring laba-laba. Dan TA sebagai pusatnya. Jaringan itu kian kuat karena adanya perkawinan campuran, pertukaran jasa, dan ketergan
tungan satu daerah dengan daerah lain.
Tapi semua itu berjalan sangat fleksibel dan selalu disesuaikan dengan kondisi yang ada, karena penguasa di daerah-daerah itu tak menggunakan sarana transportasi dan ketentuan tertulis dalam menjalankan pemerintahan. Atau dengan kata lain, kekaisaran Aztec bukanlah pemerintahan yang amat terpusat dan bersifat totaliter.
Inijuga terlihat dari pembagian kekuasaan di pusat. Tenochtitlan, kendati menjadi kediaman Moctezuma, bukan satu-satunya kota yang menerima upeti. Texcoco, kota kediaman sekutunya, meneriam 40 persen dari jumlah upeti yang datang. Selain itu, pasukannya juga ikut bertempur dalam perluasan wilayah Aztec. Mereka menundukkan kota-kota sekitar dan kawasan di timur laut lembah Mexico, dan menerima upeti dari negeri-negeri yang ada di Teluk Mexico.
Selain itu, excoco juga memainkan peranan penting dalam budaya. Ini hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh Nezahualcoyotl, penguasa kota Texcoco. Ia dikenal sebagai ahli hukum - ia antara lain menghidupkan kembali sejumlah hukum yang berlaku pada era pemerintahan Quetzalcoatl, nenek moyang Toltec-nya - sebagai arsitek dan juga sebagai penyair.

Ia memiliki kharisma. Hingga disebut sebagai kerutunan pada dewa, hingga bersifat abadi, suatu sifat yang tak dimiliki oleh Moctezuma. Menurut salah seorang keturunannya Alva Ixtilxochitl, ia bahkan memiliki sifat ketuhanan, sang pencipta bumi dan surga. Dengan bangga Alva Ixtilxochitl menyebutnya sebagai 'raja yang paling berkuasa, paling cerdas dan paling bijak yang pernah ada di Dunia Baru'.
Dari Texcoco, bersamaan dengan meluasnya wilayah kekuasaan Aztec, lahir etika yang kompleks. Pada awalnya peraturan hidup itu muncul karena Moctezuma dan saudaranya Tlacelel menikmati fasilitas luar biasa yang membedakannya dengan penguasa dan aristokrat lainnya.
Dari sinilah kemudian disusun peringkat kebangsawanan seseorang. Tinggi rendahnya kebangsawanan diukur dari perhiasan dan pakaian. Kian mewah atau indah perhiasan yang dikenakan, makin tinggi pula status kebangsawanannya.

Dengan demikian, gelang, bulu hias, perhiasan emas, perhiasan batu berharga hanya boleh dipakai oleh kalangan bangsawan. Pakaian yang dibuat dari kapas dan panjang mantel diatur secara ketat. Setiap pelanggaran akan diganjar hukuman yang amat berat.
Pemakaian oakaian bagus dan perhiasan indah sama sekali tak ada kaitannya dengan penampilan seseorang. Pakaian dan perhiasan itu dipakai cuma untuk menegaskan status sosial, unut membedakan rakyat biasa dengan kalangan bangsawan. Rakyat hanya boleh mengenakan kulit kelinci dan anting-anting batu granit.
Kendati begitu, peraturan yang diterapkan secara ketat ini tak sama sekali tertutup. Pejuang perang yang amat menonjol keberaniannya dianugerahi kehormatan, yang ditandai dengan pemberian perhiasan, macam kalung yang terbuat dari tulang, dan bulu elang.
Atas sumbangan pemikiran Nezahualcoyotl pula, pada era pemerintahan Moctezuma I, serangkaian peraturan hukum diciptakan. Peratutan itu menetapkan sejumlah hukuman buat yang berbuat serong, mabuk atau mencuri. Hukuman itu akan lebih berat bila yang melakukan pelanggaran berasal dari kalangan bangsawan. Peraturan ini menegaskan kembali kalangan bangsawan yang terhormat seharusnya tak boleh menjadi contoh jelek bagi masyarakat. Namun peraturan ini hanya berlaku untuk mereka yang berasal dari Tenochtitlan dan Texcoco.
Pada 1465, Moctezuma melancarakan serangan lagi dan berhasil menaklukan Chalco, yang selama 20 tahun terakhir berusaha ditundukkannya. Tak lama kemudian, sekitar 1468, Moctezuma meninggal dunia. Kendati sejak awal pemerintahannya sudah diwarnai dengan kematian - bencana berkepanjangan yang menimpa kekaisaran Aztec, dan kemudian peperangan yang tak kunjung henti selama ia menjalankan pemerintahannya, Moctezuma dianggap sebagai Bapak Kekaisaran Aztec.
Tak lama lagi setelah Moctezuma I wafat, rekannya Nezahualcoyotl pun meninggal pada 1472. Tak ada lagi orang kuat di Aztec.

[Disadur dari majalah HAI 44/XVII 9 November 1993]